Polri Dalami Dugaan Keterlibatan BPOM Dalam Kasus Gagal Ginjal Akut
Jakarta, SIARPOST | Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Brigjen Pipit Rismanto mengatakan, pihaknya masih mendalami soal dugaan keterlibatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kasus gagal ginjal akut pada anak.
Dia menekankan bahwa memang soal pengawasan obat dan makanan merupakan ranah BPOM.
“Kalau bicara pengawasan ini memang menjadi ranah BPOM. Namun dalam investigasi ini bagaimana peranan BPOM tentunya kita sedang mendalami,” ujar Pipit kepada wartawan, Selasa (31/1/2023).
BACA JUGA : Kasus Gagal Ginjal Baru, Balita di DKI Meninggal Setelah Minum Obat Sirup Praxion
Ia berpandangan, dalam kasus gagal ginjal akut yang menewaskan anak-anak, kemungkinan besar ada keterlibatan pemerintah. Akan tetapi, kepolisian terus melakukan pendalaman atas dugaan tersebut.
“Untuk ke arah tersangka kami sedang dalami dan kami kembangkan. Indikasi (tersangka) dari pemerintah pasti ada. tapi sedang kami dalami,” jelasnya. Sebagai informasi, kasus gagal ginjal akut telah menewaskan ratusan anak.
Diduga kuat penyebab kasus gagal ginjal akut itu akibat obat sirup yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) di luar ambang batas aman. Dalam kasus ini, Bareskrim telah menetapkan lima tersangka dari korporasi dan empat tersangka dari perorangan.
Baca juga : Polres Lombok Tengah Amankan Kegiatan Jalan Sehat I Abad Nahdatul Ulama
Empat tersangka perorangan yaitu Direktur Utama CV Samudera Chemical Endis (E) alias Pidit, Direktur CV Samudera Chemical Andri Rukmana (AR), Alvio Ignasio Gustan (AIG) selaku Direktur Utama CV Anugrah Perdana Gemilang (APG) dan Aris Sanjaya (AS) selaku Direktur CV APG.
Sementara lima tersangka korporasi adalah PT Afi Farma, CV Chemical Samudera, PT Tirta Buana Kemindo, CV Anugrah Perdana Gemilang, serta PT Fari Jaya Pratama. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya juga telah menetapkan dua perusahaan sebagai tersangka yaitu PT Yarindo Farmatama dan PT Universal Pharmaceutical Industries.
Sumber : Kompas