Sumbawa, SIAR POST – Derita panjang kini menimpa keluarga Mulyadi (35), warga Desa Labuhan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa. Pria muda ini menjadi korban dugaan aksi begal yang terjadi pada Kamis malam, 20 Agustus 2025, sekitar pukul 21.00 WITA.
Dalam peristiwa nahas tersebut, Mulyadi mengalami luka parah di bagian kepala. Ia sempat mendapatkan pertolongan pertama di puskesmas setempat, sebelum kemudian dirujuk ke RSUD Sumbawa. Namun hingga kini, kondisi Mulyadi masih kritis dan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut di RSUP NTB Mataram.
Sayangnya, keterbatasan biaya membuat keluarga tak berdaya. Sang istri, dengan mata berkaca-kaca, mengaku hanya bisa pasrah menunggu bantuan.
“Saya tidak berani membawa suami ke RSUP karena biaya operasinya sangat besar, sekitar Rp150 juta. Kami tidak punya apa-apa, sementara BPJS tidak menanggung operasi akibat begal. Saat ini kami hanya berharap ada donasi dan bantuan dari pemerintah,” ungkap istri Mulyadi lirih.
BPJS Tidak Menanggung Luka Korban Begal
Masalah semakin pelik karena biaya pengobatan akibat tindak kriminal seperti begal ternyata tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Kondisi ini membuat keluarga korban yang berasal dari kalangan kurang mampu semakin terjepit.
Padahal menurut informasi, biaya sementara di RSUD Sumbawa masih ditanggung Pemda. Namun untuk operasi besar di bagian kepala yang harus dilakukan di RSUP NTB, keluarga tetap membutuhkan dana ratusan juta rupiah.
Aktivis Soroti Lemahnya Perlindungan Negara
Aktivis kesehatan Sumbawa, Yuni Bourhany, menyayangkan kondisi ini. Ia menegaskan bahwa negara seharusnya hadir untuk melindungi warganya, terutama masyarakat kecil yang menjadi korban tindak kejahatan.
“Masyarakat tidak seharusnya dibebani biaya yang sangat besar ketika mereka sudah menjadi korban. Negara harus punya anggaran khusus bagi warga tidak mampu, apalagi korban tindak kriminal. Jangan sampai rakyat menanggung derita dua kali: luka fisik dan beban biaya,” ujar Yuni.
Yuni juga menambahkan, pemerintah daerah maupun provinsi harus menyiapkan anggaran khusus tidak hanya untuk korban sakit, tetapi juga untuk pemulangan jenazah warga NTB yang meninggal di luar daerah.
BACA JUGA : Geger di Pantai Nipah KLU: Mahasiswi Asal Mataram Tewas dan Rekannya Kritis Diduga Jadi Korban Begal
Kasat Reskrim Polres Sumbawa, AKP Firmawan, membenarkan bahwa Mulyadi merupakan korban dugaan begal. Pihak kepolisian kini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap pelaku dan motif kejadian tersebut.
Keluarga Menanti Uluran Tangan Pemerintah
Kini, keluarga hanya bisa menanti uluran tangan pemerintah kabupaten maupun provinsi. Sang istri berharap agar Pemda dan Pemprov NTB tidak tinggal diam, mengingat kondisi ekonomi keluarga sangat terbatas.
“Kami hanya berharap ada bantuan nyata. Jangan sampai suami saya terlambat mendapatkan operasi karena biaya. Mohon pemerintah membantu, kami tidak mampu,” ucap istri Mulyadi penuh harap.
Kisah pilu Mulyadi menggambarkan bagaimana rakyat kecil masih sering terhimpit di tengah keterbatasan sistem kesehatan. Negara dituntut hadir, agar korban begal ini tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi benar-benar mendapat perlindungan dan keadilan yang layak.
Editor: SIARPOST Newsroom
siarpost@gmail.
Instagram: @siarpost | FB: SiarPost