Sumbawa Barat, SIARPOST – Budayawan Kabupaten Sumbawa Barat, Agus Irawan Shami menilai penampilan Kasidah Kolaborasi yang ditampilkan oleh Kabupaten Dompu pada Festival Kasidah Tingkat Provinsi, Kamis (14/10) sangat memukau dirinya.
Saat menonton secara langsung penampilan Festival Kasidah di Kompleks Kemutar Telu Center Taliwang, Agus Irawan Shami yang dikenal dengan nama AIS memuji penampilan Kabupaten Dompu yang menyajikan pertunjukan yang apik dan indah.
“Saya terpukau saat menyaksikan penampilan Kabupaten Dompu, penampilan yang apik, indah untuk dilihat dan didengar,” katanya.
Ia merasa cukup terpukau dan melihat ada ciri khas dan berkarakter dari penampilan tersebut, karena unsur etnik yang menjadi identitas masyarakat Dompu nampak tersaji begitu tegas dalam pertunjukan tersebut.
Baca juga : Perjuangan 7 Tahun Tuntaskan Lima Pilar STBM, Sumbawa Barat Masuk Rekor MURI
Ditambah lagi dengan salam pembuka yang disampaikan oleh seorang pria yang menggunakan keris, menambah ketegasan dari eksistensi, komitmen yang diramu dalam sebuah alur pertunjukan.
“Saya suka, penampilan Dompu berkarakter dan komposisi atau unsur musik kasidah mendominasi, ini proporsi yang seimbang,” katanya.
Ia mengatakan, kasidah kolaborasi harus ditempatkan pada proporsi yang bijaksana, seimbang dengan melihat komposisi musik yang tentu harus dominan unsur kasidahnya.
“Minimal bermain pada porsentase 55 persen kasidah sisanya 45 persen unsur tari musik tambahan, tata artistik, dan kolaborasi lainnya. ,” katanya.
Selain itu, creator yang cukup berani memainkan speed pada penampilan tersebut, tetapi hal itu diimbangi dengan para pemainnya, mulai dari volalis maupun penarinya.
AIS menilai bisa jadi speed itu juga menunjukan bahwa dinamika masyarakat atau daerah yang berkembang cepat belakangan ini untuk menuju kepada pembangunan.
Baca juga : Kementerian PUPR Bangun Rusun Ponpes di Tasikmalaya senilai Rp. 2,5 Miliar
Kemudian unsur lain dari sisi alat musik yang digunakan cukup menunjang, dan relative tidak mengaburkan bunyi dari pada alat rebana kasidah klasik yang ditampilkan.
Namun, AIS tidak menepis bahwa penampilan semua perwakilan dari semua kontingen di Festival Kasidah tingkat Provinsi NTB ini telah memberikan penampilan terbaik.
Teruntuk kontingen Sumbawa Barat, AIS tidak berani berstatemen, karena ia sendiri berasal dari Sumbawa Barat dan tidak akan subjektif jika ia menilai kabupatennya sendiri. Yang pasti semua kontingen telah menunjukan penampilan terbaik.
Apa yang dimainkan oleh semua kabupaten/kota, tambah AIS, tentu berdasarkan interprentasi dan presepsi masing-masing kreatornya. Tetapi juri tentu punya standar penilaian sesuai dengan Juklak dan Juknis yang telah dikirim panitia sebagai rujukan penilaian.
“Silakan kita berkolaborasi dengan alat musik atau tarian, tetapi dia tidak boleh menghilangkan jejak atau mengaburkan eksistensi alat kasidah klasik yaitu rebana,” katanya.
Terpisah, Ketua DPD Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Kabupaten Dompu, Lilis Suryani, mengucapkan syukur atas suksesnya penampilan kontingen Dompu.
Ia berharap, Lasqi Kabupaten Dompu dapat membawa pulang piala sebanyak-banyaknya untuk membanggakan masyarakat Dompu.
“Target pasti ada, mudah-mudahan kami diberi kekuatan kelancaran bisa menampilkan yang terbaik bisa mengharumkan kabupaten Dompu,” katanya.
Baca juga : Penyelundupan Belasan Kambing Tanpa Dokumen Berhasil Digagalkan di Poto Tano
Pada Festival Kasidah tingkat Provinsi NTB ini, Kabupaten Dompu membawa serta sekitar 60 sampai 65 orang personil.
Sementara itu, Koreografer kasidah kolaborasi Kabupaten Dompu, Dian Syahrul ST, saat ditemui di Taliwang, mengatakan, tarian yang ditampilkan oleh Dompu menceritakan hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.
“Jadi cinta manusia yang tertinggi itu hanya cinta kepada Allah, makanya kita lagu pengiringnya itu Kilil Asikin yang berarti cinta dalam sebuah doa,” katanya.
Ia juga mengungkapkan, bahwa, opening yang ditampilkan tersebut dengan ragam Hadrah, menceritakan tentang kesyukuran hambanya atas segala nikmat. Sementara kostum hijau orange menggambarkan kegembiraan keceriaan dan kemakmuran bumi Nggahi Rawi Pahu.
“Semoga hasilnya nanti maksimal, kita garap ini kurang lebih empat bulan,” ujarnya.
Agus menilai bahwa, juara adalah sebuah bonus tetapi yang paling penting adalah penampilan yang kualitas dari Dompu.
“Kasidah ini adalah aset daerah dan aset nusantara, jangan sampai hilang dengan adanya modernisasi atau pengaruh barat,” tandasnya.