Panen Selada Hidroponik di Pupinka Sumbawa, Masih Kesulitan Pasar

 

Sumbawa, SIARPOST – Pagi yang sejuk, di sebuah rumah yang berada tepat di bantaran pinggiran kali Pupinka Kelurahan Bugis Kabupaten Sumbawa, terlihat seorang wanita sedang mencabut dan memilah tanaman yang ada di sebuah stirofom yang tersusun rapi dalam sebuah kebun mini.

Ya, dia adalah Sri Minarni, wanita paruh baya warga RW 03 Pupinka Kelurahan Bugis ini ternyata sedang memanen sayuran Selada miliknya yang ditanam dengan cara Hidroponik.

Senyuman di wajah wanita tiga orang anak ini terlihat saat kami mendekatinya. Ia pun menjelaskan bahwa sayuran yang ia tanam sejak bulan yang lalu ini sudah bisa dipanen.

BACA JUGA : Dugaan Pencemaran Nama Baik, Bupati Lobar Resmi Dilaporkan ke Polisi

Tidak banyak cerita yang dilontarkan wanita yang sudah ditinggal suaminya ini, ia hanya berpikir bagaimana menghidupi keluarga setelah suami tercintanya terlebih dahulu dipanggil yang Maha Kuasa.

“Harus tetap semangat demi anak-anak, kalau bukan dengan cara ini siapa lagi yang akan menghidupi keluarga,” ujarnya lirih sambil mengusap keringat di dahi nya.

Sejak suaminya tidak ada, ia berusaha sekuat tenaga untuk bekerja dan berusaha. Namun, ia bersyukur berkat kegigihannya, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat perguruan tinggi. Bahkan anak pertamanya sudah bekerja di perusahaan Tambang di Maluk.

Ia terlihat semangat memanen sayuran Selada miliknya. Selada dipanen dan dimasukan ke dalam kemasan plastik untuk dijual.

“Ya lumayan lah, buat uang tambahan, buat konsumsi pribadi juga. Ini bisa dicontoh oleh warga lainnya agar mendapat nilai tambah walaupun tidak ada lahan yang luas,” katanya.

Biasanya ia menjual satu ikat Selada seharga Rp10 ribu dan biasanya dibeli oleh warga sekitar kampung nya.

Baca juga : Makin Cakap Digital 2022 Bijak Berinteraksi di Sosial Media 

“Kami mulai melakukan ini sudah sejak beberapa bulan lalu, cuma masih kesulitan pasarnya. Yang biasa membeli sayuran kami hanya warga di sekitar sini aja,” ujar Sri Minarni.

Untuk satu wadah atau satu box stirofom saja bisa menghasilkan Rp40 ribu. Pastinya keuntungannya lebih besar jika dibandingkan dengan biaya produksinya.

Hasil dari keuntungan tersebut digunakan untuk penambahan box stirofom agar bisa menambah jumlah produksinya lagi.

Jika permintaan pasar lebih besar, tambah Sri, maka dia bercita-cita akan membuka dan menanam lebih banyak sayuran seperti sawi, Selada dan banyak lagi.

Dengan usaha-usaha yang tidak pernah putus ini, ia berharap anak-anak nya bisa menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.

Kelebihan menanam secara hidroponik ini yaitu lebih bersih dan steril karena tidak ada tanah yang berceceran. Bebas dari hama pengganggu tanaman yang sering muncul dari tanah.

Cocok diterapkan di lahan sempit atau terbatas karena tidak memerlukan pot besar atau tanah yang luas. Kandungan gizinya lebih tinggi karena tidak menggunakan pestisida.

Menanam dengan teknik hidroponik berarti kita bercocok tanam dengan memperhatikan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman yang bersangkutan, atau istilah lainnya bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

Rupanya masyarakat sudah menyadari pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi.

Dalam konteks ini peranan tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman.

Exit mobile version