AQUR Bikin Bangga

Calon Walikota – Wakil Walikota Mataram, H. Lalu Aria Dharma BS, SH – H. Weis Arqurnain, Lc. MAg. Dok. Istimewa

Mataram, SIARPOST | “Bikin bangga,” ujar Dra. St. Nuraisyiah, warga BTN Tanahaji Permai, Punia, di Mataram, Selasa (8/10/2024) ikhwal H. Weis Alqurnain, Lc., MA.

Terlebih lagi, ujar Nur, calon walikotanya, H. Lalu Aria Dharma BS, SH sangat mumpuni, birokrat tulen, yang sudah makan asam garam di pemerintahan. “Jadi klop,” ujar nur. Akronim keduanya menjadi AQUR, dengan tekad “Membangun Kota Mataram Mulai dari Kampung.

Memberi alasan mengapa bangga? Wanita paruh baya sarjana manejemen, jebolan sebuah perguruan tingga di Surabaya ini mengatakan, Weis punya legitimasi keilmuan mumpuni. “Lc pula,” paparnya, jadi pas untuk Kota Mataram, sebuah entitas metropolis dengan nuansa religiusitas tinggi.

BACA JUGA : Peduli Sesama, Relawan GSPI dan Angkatan 83 SMP 1 Dompu Serahkan Bantuan Korban Gempa di Desa Bara

Gelar Lc merupakan singkatan dari licentiate sebuah gelar akademik di bawah gelar doktor. Nama gelar ini dari bahas latin berarti kebebasan.

‘Nah, perlu orang yang punya dasar ilmu agama mumpuni. Pas banget,” papar Nur.

Keliru kalau ada anggapan tidak perlu pendidikan hebat. Politik punya dimensi tersendiri,’ paparnya. ‘Tidak juga,” kata Nur, kalau ada yang berkualitas, kata Nur, kenapa tidak?.

“Beda kok,” ujar Nur, orang yang punya basis ilmu bagus, lulusan Al Azhar, Mesir pula dengan yang tidak. Hal itu akan terasa dari cara dia memandang sebuah masalah, menyelesaikannya, cara dia mengambil keputusan, empatinya dan cara mengevaluasinya.

Nur melihat sudah waktunya Kota Mataram melakukan lompatan kuantum, dipimpin oleh anak muda, punya basis ilmu mumpuni di samping paham politik.

BACA JUGA : PLN Sukses Gelar PLN Electric Run 2024, Ajak Masyarakat Kurangi Emisi Karbon

Sosok Wies, dalam pandangan punya DNA politik yang kuat. Ayahandanya, Drs. H. Muzhir, seorang politisi luar biasa, berpengalaman, dan sangat dekat dengan masyarakat.

Ibarat kata pepatah, papar Nur, “buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” (Obima).

Exit mobile version