Ekonomi NTB Tertekan di Awal 2025: Kontraksi 2,32% Akibat Mandeknya Ekspor Tambang

 

Mataram, SIAR POST – Perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami tekanan signifikan pada Triwulan I 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat kontraksi sebesar 2,32% secara kuartalan (q-to-q) dan 1,47% secara tahunan (y-on-y).

Penurunan ini dipicu oleh belum terealisasinya sebagian besar anggaran proyek APBD 2025 serta nihilnya aktivitas ekspor tambang selama periode tersebut.

 




Sektor Pertambangan Menjadi Faktor Utama Kontraksi

Kepala BPS NTB, Wahyudin beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa sektor pertambangan, yang sebelumnya menyumbang sekitar 20% terhadap PDRB NTB, mengalami kontraksi tajam lebih dari 30% karena tidak ada ekspor tambang.

Nilai ekspor luar negeri NTB hanya sebesar US$ 17,45 juta pada Triwulan I 2025, turun drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 573,33 juta.

Penurunan ini sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan volume ekspor komoditas tambang, terutama konsentrat tembaga dan emas yang selama ini menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi NTB.

 




Sektor Lain Menunjukkan Ketahanan

Meski demikian, sektor pertanian dan perdagangan menunjukkan perbaikan dan membantu menahan laju kontraksi agar tidak lebih dalam secara tahunan.

Jika sektor tambang tidak diperhitungkan, ekonomi NTB justru mengalami pertumbuhan sebesar 0,95% secara kuartalan dan 5,57% secara tahunan.

BACA JUGA : Meriah! Jambore dan Apresiasi PAUD Lombok Utara Gaungkan Semangat Ciptakan Generasi Emas

Anjuran Diversifikasi Ekonomi

Wahyudin menegaskan bahwa kontraksi ini menunjukkan ketergantungan ekonomi NTB yang masih tinggi terhadap sektor ekstraktif dan ekspor komoditas mentah.

BPS menyarankan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat untuk serius mengembangkan lapangan usaha lain di luar tambang, seperti pertanian dan industri sebagai bentuk langkah pertahanan menghadapi perlambatan ekonomi daerah.

Exit mobile version