TKW Asal Sumbawa Diduga Dianiaya di Libya, Gaji Ditahan dan HP Dirusak Majikan: Ini Permintaan Keluarga

Salah satu TKW Asal NTB yang diduga disiksa oleh Majikan di Libya. Dok istimewa

Sumbawa, SIARPOST – Kisah pilu kembali menimpa seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Atika Lestari, warga asal Desa Pernang, Kabupaten Sumbawa, diduga mengalami kekerasan fisik dan penelantaran oleh majikannya di Libya.

Suami Atika, Fauzan, mengungkapkan bahwa istrinya diberangkatkan oleh sponsor dari Alas Barat menuju Turki pada April 2025 lalu. Namun, tanpa sepengetahuan keluarga, Atika justru dipindahkan ke Libya dan dijadikan pekerja rumah tangga.

BACA JUGA : Hartati, TKW Sumbawa yang Terlunta di Turki, Akhirnya Pulang Dibantu KJRI Istanbul

“Awalnya istri saya berangkat ke Turki, tapi kemudian dipindah ke majikan di Libya. Di sana dia mengalami banyak tekanan, kerja hingga larut malam, bahkan ketika diajak ke Mesir oleh majikannya, istirahatnya hanya 2–3 jam.

Puncaknya, pada 31 Juli lalu, istri saya dipukul, ditampar, dan HP-nya dibanting hingga hancur,” kata Fauzan, Jumat (22/8/2025).

Lebih parah lagi, menurut Fauzan, gaji Atika selama tiga bulan tidak pernah diberikan. Majikan disebut menahan hak upah dan menyerahkannya ke pihak kantor penyalur di Libya, namun hingga kini uang tersebut tidak pernah sampai ke tangan Atika.



“Sekarang istri saya sudah dipindahkan ke majikan ketiga di Libya. Dia tidak punya HP, jadi saya kehilangan kontak. Istri saya hanya ingin pulang ke Indonesia dan bertemu keluarga dalam keadaan selamat,” tambahnya.

Selain Atika, setidaknya ada empat TKW lain asal NTB yang bernasib serupa. Mereka berasal dari Buer, Alas, Lombok, dan Bima. Sejumlah korban bahkan mengaku diperlakukan layaknya budak, tanpa hak dan tanpa perlindungan.

Fauzan menilai ada dugaan pelanggaran prosedur dalam pemberangkatan istrinya. “Sponsor di Alas Barat berani memberangkatkan TKW ke Turki, padahal izin mereka tidak ada untuk negara itu. Bahkan sekarang mereka bisa memindahkan ke Libya, padahal setahu saya ke Timur Tengah itu sudah moratorium,” ujarnya.

BACA JUGA : Hening di Tengah Riuh FORNAS VIII: Moment Gubernur NTB Pimpin Doa Untuk Peserta yang Wafat di Gili Meno

Sementara itu, Kepala Dinas Nakertrans Kabupaten Sumbawa, Varian Bintoro, S.Sos., M.Si, ketika dikonfirmasi, Jumat (22/8/2025) mengaku sudah berkoordinasi dengan BP3MI Mataram dan pemerintah desa setempat.

Menurutnya, proses pemulangan PMI yang bermasalah harus melalui jalur resmi pemerintah pusat.

“Memang sudah ada komunikasi dengan BP3MI dan juga KJRI di Tripoli, Libya. Pemda tetap komit membantu warga, tapi kewenangan teknis perlindungan PMI ada di Kementerian P2MI dan BP2MI. Untuk kasus ini, sudah dilaporkan dan sedang dalam proses permohonan pemulangan empat PMI asal NTB tersebut,” jelasnya.

Meski demikian, keluarga korban merasa prosesnya terlalu lambat. “Setiap saya tanya ke Disnaker, jawabannya hanya disuruh sabar. Tapi sampai sekarang belum ada progres nyata,” keluh Fauzan.

Kini keluarga hanya berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas agar Atika bisa dipulangkan ke tanah air.

“Kami hanya ingin istri saya pulang dalam keadaan selamat, itu saja,” pungkas Fauzan.

Editor: SIARPOST Newsroom
siarpost@gmail.
Instagram: @siarpost | FB: SiarPost

Exit mobile version