Tangis Keluarga, Ketulusan dr Jack: Pemulangan Jenazah Warga Sumbawa Kembali Ditanggung Pribadi

Mataram, SIAR POST – Duka mendalam menyelimuti keluarga Dedy dan Ros, warga Dusun Sepayung, Kecamatan Plampang, Sumbawa. Anak kedua mereka, ARA, yang lahir pada Januari 2023, menghembuskan napas terakhir di RSUD Provinsi NTB pada Selasa (27/8/2025).

Di tengah kepedihan keluarga, hadir sosok yang memberikan cahaya harapan di saat-saat tergelap: Direktur RSUD NTB, dr. H. Lalu Herman Mahaputra, M.Kes., M.H., atau yang akrab disapa dr Jack. Dengan hati tulus, ia kembali menanggung penuh biaya pemulangan jenazah ARA ke kampung halamannya di Plampang, Sumbawa.

BACA JUGA : RSUDP NTB Kembali Bantu Pulangkan Jenazah Warga Dompu, Sisihkan Gaji Dirut Untuk Biaya

Bukan dari anggaran rumah sakit, melainkan dari kantong pribadinya sendiri—gaji yang selama ini sengaja ia sisihkan untuk membantu warga yang tak mampu.

“Bagi saya, ini soal kemanusiaan. Jangan sampai keluarga yang sudah berduka, masih ditambah beban memikirkan biaya,” ujar dr Jack dengan mata berkaca-kaca.

Kisah ini bukan yang pertama. Hanya dua hari sebelumnya, dr Jack juga membantu pemulangan jenazah Doni Ramadhani (27), pemuda asal Pungka, Unter Iwes, Sumbawa.



Ibu almarhum, Ati, tak mampu menahan tangis haru ketika mengetahui seluruh biaya kepulangan putranya ditanggung oleh sang dokter.

“Terima kasih banyak, karena bantuan beliau anak saya bisa dipulangkan gratis,” ucap Ati lirih, sembari menyeka air matanya.

Bagi masyarakat kecil, biaya pemulangan jenazah dari Mataram ke Pulau Sumbawa yang berkisar Rp2,5 hingga Rp3 juta bukanlah angka kecil.

Sering kali keluarga harus mencari pinjaman atau berutang untuk bisa membawa pulang orang yang mereka cintai.

BACA JUGA : RSUP NTB Punya Pelayanan Unggulan Spesialis Onkologi Penanganan Kangker

Melihat kondisi ini, aktivis kesehatan NTBCare, Yuni Bourhany, menyampaikan harapannya agar pemerintah provinsi bersama para bupati se-NTB bisa membuat pola layanan khusus.

Sistem ini diharapkan dapat mengakomodir warga miskin agar tidak lagi terbebani saat menghadapi musibah kehilangan.

“Kalau Pemprov, RSUD, dan pemerintah kabupaten berkolaborasi, maka beban masyarakat bisa lebih ringan. Tidak semua orang mampu menyediakan biaya sebesar itu,” tegas Yuni.

Kisah ketulusan dr Jack menjadi pengingat bahwa pelayanan kesehatan sejatinya bukan hanya soal obat dan tindakan medis, tetapi juga tentang kepedulian dan kemanusiaan. Dan di tengah birokrasi yang sering kali kaku, ia hadir sebagai sosok yang menjembatani rasa sakit dengan kasih sayang.

Editor: SIARPOST Newsroom
siarpost@gmail.
Instagram: @siarpost | FB: SiarPost

Exit mobile version