Gedung DPR, Bahasa Simbolik, dan Wacana Rp200 Miliar Pemprov NTB

Jika Anggota DPR tetap memaksakan kemewahan, maka ia sedang membangun tembok simbolik yang memisahkan dirinya dari rakyat. Tetapi bila memilih kesederhanaan, justru di sanalah ia sedang membangun jembatan kepercayaan.

Mungkin sudah saatnya wakil rakyat kembali belajar pada bahasa paling sederhana dari rakyatnya: bahwa keagungan bukanlah pada dinding marmer, melainkan pada keberanian berdiri bersama rakyat kecil.

Dan ada masalah apa jika Gedung DPRD layaknya Sekolah atau Madrasah misalnya ? yang tentu lebih murah dan sisa anggarannya bisa diperuntukkan untuk membangun fasilitas masyarakat yang kehilangan rasa. Rasa bagaimana rasanya diwakili.

Redaksi | SIAR POST

Exit mobile version