Bali, SIAR POST | Karangasem kembali diguncang isu klasik yang tak kunjung tuntas, praktik dugaan permainan kotor dalam bisnis galian C. Nama seorang petugas portal berinisial KS, yang dikenal berasal dari Banjar Dinas Pande dan bertugas di wilayah Sidemen, kini menjadi sorotan publik.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, KS disebut-sebut sebagai koordinator lapangan atau ‘ketua juru’ yang memegang kendali penuh atas aliran uang dari aktivitas galian di wilayah Sidemen, Selat, hingga Rendang.
Dalam dua tahun terakhir, gaya hidup KS berubah drastis. Warga sekitar menyoroti pembangunan megah di rumahnya yang ditaksir menelan biaya hingga Rp1 miliar lengkap dengan penyengker tebing yang kokoh dan deretan kendaraan mewah: lima mobil dan belasan motor yang digunakan anak buahnya.
Ironisnya, di balik kemewahan itu, dugaan praktik jual beli faktur ilegal di portal kembali mencuat ke publik. Seorang sopir truk asal Bangli viral di media sosial setelah mengaku terpaksa membeli faktur ilegal dengan harga melonjak, dari Rp250 ribu menjadi Rp300 ribu hanya dalam semalam.
“Saya tidak bawa faktur karena ambil material dari tambang yang tidak berizin. Biasanya bisa beli faktur di portal, tapi sekarang harganya naik tiba-tiba. Makanya saya viralkan,” ungkapnya dalam unggahan video tersebut.
Sesuai aturan, setiap truk wajib menunjukkan faktur sah dari tambang berizin. Namun di lapangan, aturan ini kerap “dibengkokkan”. Sopir dari tambang ilegal cukup “menebus” faktur palsu dari oknum petugas portal, lalu melintas bebas tanpa hambatan.
Menanggapi hal ini, Kepala BPKAD Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, menegaskan bahwa penjualan faktur di portal merupakan pelanggaran berat. Ia mengklaim telah melakukan pembinaan, memperketat pengawasan, serta memberikan peringatan keras kepada seluruh petugas portal. Namun fakta di lapangan justru menunjukkan sebaliknya praktik serupa tetap subur dan bahkan semakin canggih.
Kini publik bertanya-tanya: ke mana aparat penegak hukum (APH)? Mengapa dugaan aliran uang gelap dan pungutan liar bernilai miliaran rupiah ini seolah dibiarkan berjalan tanpa hambatan?
Fenomena “petugas portal kaya mendadak” di Karangasem tampaknya bukan lagi rahasia umum melainkan potret buram lemahnya pengawasan dan kuatnya jaringan kepentingan di balik bisnis galian C.
