Berikut penjelasan bolehkan seseorang berkurban di saat Idul Adha 2020 dengan menggunakan ayam, simak penjelasan ustaz Adi Hidayat.
Sumbawa, SIARPOST – Kemenag telah menyelenggarakan sidang isbat untuk menetapkan awal Dzulhijjah 1441 H, Selasa (21/7/2020) sore.
Dari hasil pengamatan hilal yang dilakukan di 87 titik di seluruh Indonesia, tanggal 1 Dzulhijjah 1441 H ditetapkan jatuh pada Rabu (22/7/2020).
Dengan demikian, hari raya Idul Adha 2020 jatuh pada 10 Dzulhijjah 1441 H bertepatan dengan 31 Juli 2020.
Pada hari ini, selain melakukan ibadah sunnah sholat Idul Adha 2020 secara berjamaah, umat muslim juga disunnahkan untuk melakukan kurban.
Pemotongan hewan kurban sendiri dapat dilakukan pada hari raya Idul Adha hingga hari Tasyirik, yakni tanggal 10 -13 Dzulhijjah.
Dalam perjalanannya muncullah pertanyaan bagaimana jika seorang dengan seekor ayam
Hal ini dibahas oleh Ustad Adi Hidayat dalam akun youtubenya yang berjudul Tanya – Jawab Dzulhijjah SESI #7 – Ustadz Adi Hidayat, seperti ditulis Tribunnews.com.
Menurut Ustaz Adi Hidayat memang ada beberapa ulama berpandangan mengenai diperbolehkan kurban dengan ayam.
Ulama-ulama tersebut mengikuti pemahaman Imam Ibnu Hazm al Andalusi dan Ibnu Bari
Kedua ulama ini menukil keterangan yang riwayatnya sampai ke Sayyidina Bilal dan kisah Ibnu Abbas.
“Bilal di masa-masa kurban sering menyembelih ayam,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Menurutnya, ada kalimat populer dari Bilal mengenai berkurban dari ayam.
“Saya tidak peduli dengan apa yang orang sajikan. Saya bisa menyembelih ayam dan saya bisa bersedekah dengan hasil penyembelihan ayam kepada anak-anak yatim, dan juga kepada orang-orang fakir,” ujar Ustaz Adi Hidayatmenirukan ucapan Bilal.
Kata Ustaz Adi Hidayat, Bilal menyatakan lebih suka menyembelih ayam daripada seperti orang lain yang menyembelih hewan ternak lain.
“Persoalannya adalah apakah memang yang dimaksud ini adalah kurban dalam pengertian kurban seperti yang disyariatkan Alquran dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW atau kondisi yang berbeda, kondisi tidak sama dengan kurban namun dipahami sama-sama amal soleh,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian ia menjelaskan tentang kaidah hewan kurban terdapat dalam Firman Allah Surat Al Hajj ayat 34
Ustaz 35 tahun ini mengutip perkataan Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa hewan kurban itu jenisnya mesti jelas, sifatnya mesti jelas, kadarnya mesti jelas.
Diantara jenisnya yang spesifik yaitu hewan-hewan ternak.
“Sehingga hewan ternak itu menjadi ijma ulama yang hanya boleh sebagai kualifikasi hewan kurban,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Adapun hewan ternak yang dimaksud disini adalah unta, sapi, kerbau, kambing, domba.
“Sejenis itu saja. Jadi spesifik yang diternakkan memang untuk dikonsumsi yang kualifikasi dagingnya sifatnya bisa bermanfaat untuk orang banyak,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Mengapa hanya hewan itu saja yang boleh dijadikan kurban tidak hewan ternak lain seperti ayam, bebek?
Menurut Ustaz Adi Hidayat kita harus mencontoh seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan,” Jangan kalian pernah sembelih kecuali hewan-hewan ini yang telah cukup usianya.”
Hewan-hewan yang dicontohkan Nabi itu adalah unta, domba, kambing dan sejenisnya.
Kalaupun sulit menemukan yang umurnya telah tetap, kata Nabi Muhammad SAW, maka tidak apa-apa di bawah itu seperti kambing dan sejenisnya
Jadi ini menunjukkan bahwa kurban sebatas hewan ternak tertentu dan tidak di luar konteks yang ini,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Adapun mengenai kebiasaan sahabat Nabi Muhammad, Bilal yang menyembelih ayam saat kurban, harus dilihat kualifikasi sahabat nabi seperti dari harta bendanya.
Kata Ustaz Adi Hidayat, Bilal memiliki keterbatasan dalam harta dibanding dengan sahabat nabi lainnya.
“Beliau ingin seperti yang lain berkurban menggunakan hewan-hewan ternak cuma mampunya pake ayam. Karena itu beliau ingin memberikan contoh teladan kepada kita semua. Walaupun kita ga bisa berkurban seperti yang lain, minimal kita ambil spiritnya untuk berbagi, berikhtiar untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Walaupun tidak masuk dalam kualifikasi kurban, minimal kita punya niat untuk berbagi. Nah sifat berbagi itulah yang dicontohkan Bilal dengan menyembelih ayam dan dibagikan,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Bilal memberikan seperti satir, daripada orang-orang berkurban dengan yang besar-besar tapi caranya keliru, atau ada niat yang salah, atau nggak bener, ya, hasil korupsi dipake untuk kurban, hasil nipu dipake untuk kurban, atau berkurban dengan cara yang tidak ikhlas, akan lebih mulia yang seperti ini, menyembelih yang kecil-kecil dibagikan dengan cara yang ikhlas.
“Tapi cara berfikirnya pun mesti benar, kalo bisa berkurban dengan cara yang lebih bagus niatnya ikhlas maka ini lebih baik. Kalaupun belum punya kemampuan, tirulah sahabat Billah bin Rabah ra. yang berusaha menabung walaupun dapatnya ayam untuk berbagi.” lanjut ustaz berusia 35 tahun tersebut.
Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan kisah yang hampir mirip dengan Bilal, yakni kisah Ibnu Abbas ra.
Ibu Abbas saat masih kecil telah memiliki semangat beramal yang tinggi.
Ia meminta asistennya untuk membeli daging sebanyak 2 dirham, 2 dirham, 2 dirham, atau hewan kemudian disembelih sampai dikatakan kalau mau kurban khusus nanti dilakukan di hari-hari idul kurban.