Menuai Protes Terkait Hadiah, Ini Penjelasan Direktur PETA Academy

 

Sumbawa Barat, SIARPOST | Kompetisi usia anak bergengsi se-NTB PETA Academy Sumbawa Barat yang diadakan di Alun-alun Kota Taliwang beberapa waktu lalu menuai protes dari orang tua para pemain yang berasal dari Bima.

Protes tersebut disampaikan kepada salah satu media online. Dalam protesnya, orang tua dari pemain tersebut tidak puas dengan hadiah yang diberikan oleh panitia penyelenggara.

Hadiah juara 1 misalnya. Orang tua memprotes karena hadiah juara 1 U-12 tahun tidak sampai Rp2 juta, begitu juga hadiah pemain terbaik U-10 yang hanya ratusan ribu saja.

Bahkan, hadiah tersebut tidak sebanding dengan pengeluaran mereka saat bertanding ke Sumbawa Barat selama beberapa hari.

Baca juga : Tanggapi Keluhan, Ketua PSSI NTB Akan Penuhi Sarana dan Prasarana Pendukung Sepakbola

Mendengan kabar ini, Direktur PETA Academy, Abdul Majid, saat dikonfirmasi, Selasa (30/8), mengatakan, bahwa orang tua yang memberikan keterangan tersebut tidak paham terkait kompetisi usia anak, begitu juga kompetisi yang digelar oleh PETA Academy.

Karena sebelumnya, panitia pelaksana sudah menjelaskan kepada para pengurus tim SSB yang ikut kompetisi terkait hadiah yang akan diberikan kepada para tim yang juara.

“Dari awal kami sudah sampaikan, di pasal 15 regulasi itu sudah tertera bahwa ada uang pembinaan, sertifikat dan medali, serta piala yang akan diberikan. Namun uang pembinaan itu kami berikan sesuai dengan kemampuan kami,” kata Ustad Majid.

Hal itu telah disampaikan kepada para pengurus tim yang datang pada teknikal metting sehari sebelum pertandingan dimulai.

Panitia telah mengkonfirmasi para pengurus tim agar datang ke Taliwang pada H-1 yaitu pada tanggal 25 Agustus 2022 agar bisa mengikuti Teknikal metting sehingga tidak ada miskomunikasi.

“Pada saat teknikal metting ada dua tim yang gak datang yaitu SSB Persid Dena Bima yang juara 1 U-10 dan SSB Batu Balok asal Empang,” jelasnya.

Baca juga : Hebat!! SSB Taruna Potu Akan Berkompetisi di Jakarta dan Target Masuk Liga 3

Menurut Abdul Majid, sejumlah pengurus tim SSB yang ikut kompetisi juga tidak ada yang protes terkait hadiah karena memang kompetisi usia anak ini merupakan semangat untuk melihat sejauh mana hasil dan perkembangan dari latihan anak-anak.

“Uang pembinaan ini sebenarnya opsional, melalui kompetisi ini menjadi wadah untuk kita melihat perkembangan anak-anak,” ujarnya.

Secara legal standing, tambahnya, panitia tidak melanggar regulasi. Kecuali panitia memberikan uang pembinaan tidak sesuai dengan yang dijanjikan.

“Kami sudah berusaha maksimal, sertifikat kepesertaan kami berikan kepada semua pemain, piala yang bagus juga kami berikan begitu juga dengan medali untuk para juara. Ini semua demi majunya sepak bola di NTB,” ujarnya.

Ia sempat bercerita bahwa beberapa kali mengikuti event di NTB memang uang pembinaan itu tidak terlalu penting. Karena banyak event usia anak yang terkadang tidak memberikan hadiah uang pembinaan.

“Beberapa kali kami juga ikut kompetisi, bahkan kami juara di Soeratin tahun 2021 hanya piala saja gak ada medali, gak ada sertifikat. Jadi yang terpenting bagaimana anak-anak ini bisa mengembangkan bakatnya menjadi pemain yang mampu bersaing nantinya,” tuturnya.

Kepala Sekolah Sepak Bola (SSB) Taruna Potu, Junaidin, memberikan apresiasi yang tinggi atas pelaksanaan kompetisi bergengsi PETA Academy Sumbawa Barat. Menurutnya kompetisi ini sudah maksimal dan menjadi wadah pengembangan bakat para pemain.

Namun ada beberapa hal yang masih sedikit kurang, yaitu uang pendaftaran yang sedikit tinggi dan jadwal yang ditunda. karena ada beberapa pertandingan yang diundur. Sehingga ada tim yang bertanding tiga sampai empat kali dalam sehari.

“Seharusnya apa yang dijadwalkan itu yang harus dilaksanakan,” katanya.

Ia juga memberikan masukan untuk wasit yang memimpin pertandingan. Dalam pengamatan Junaidin, tiga wasit perempuan lebih bagus dari pada beberapa wasit pria.

“Lebih bagus wasit perempuan dari pada wasit pria,” tutupnya.

Exit mobile version