Belajar Dari Sosok Ahdat, Warga Batu Layar Sukses Bangun Usaha Hingga Sekolahkan Anak ke Luar Negeri

Ahdat bersama istri

 

LOMBOK BARAT, SIARPOST.com | Kala Mentari mulai meredup ke ufuk barat, hembusan angin pun mulai memicu deburan ombak, memecah butiran-butiran pasir pantai pada siang menjelang sore di pantai Duduk 4 Batu Layar sore itu, Kamis (24/8/2023). Pemandangan tertuju pada sesosok pria berpakaian kaos oblong sederhana di sebuah sudut warung di pantai tersebut.

Sosok pria sederhana itu menyapu-nyapu dan membersihkan puing-puing sampah di atas pasir. Sesekali ia menata meja-meja di warung tersebut, sesekali mengusap keringat di dahinya.

Sosok sederhana berpakaian kaos oblong itu adalah Ahdat, warga Duduk Atas Desa Batu Layar Barat Kabupaten Lombok Barat. Ia adalah ayah dari dua orang anak yaitu Nurul Hidayah anak pertama dan Zuaini Rochman anak kedua. Istri Ahdat adalah Nur Hasanah dari desa yang sama.

Baca juga : Istri Jadi TKW, Ayah di Dompu Perkosa 2 Anak Kandung

Ahdat bersama istri Nur Hasanah

Walaupun terlihat sederhana, ternyata Ahdat adalah owner dari cafe Sun Beach yang berlokasi di pantai Duduk 4. Cafe itu dibuat dengan balutan kayu yang indah dan didesain unik sehingga menarik pengunjung. Lokasinya juga strategis dan tak jarang pengunjung ramai mengunjungi tempatnya pada sore hingga malam hari.

Namun ada kisah perjuangan dari kehidupan Ahdat. Ia adalah anak muda yang mempunyai semangat dan cita-cita sangat tinggi untuk merubah hidupnya menjadi orang sukses.

Sebelum menikah dan membuka bisnis kuliner di cafe Sun Beach miliknya ini, dulunya ia adalah seorang tour guide yang keliling ke semua spot wisata di Lombok bahkan Sumbawa membawa turis mancanegara yang datang berkunjung ke Lombok.

Ia pun menceritakan kisah perjuangannya sejak usia Sekolah Dasar (SD). Ahdat tinggal di sebuah rumah sederhana di dalam hutan di Dusun Duduk Atas dan menempuh perjalanan berkilo-kilo melewati hutan dan kebun untuk pergi ke sekolah.

Ahdat bersama anak kedua

Kehidupan yang sangat sederhana jauh dari keramaian membuat Ahdat kecil merasa bosan dan hatinya seakan berontak. Ahdat yang masih duduk di bangku SD pun nekat untuk pergi dari rumah mencari kebebasan jati diri untuk merubah hidupnya.

Baca juga : Kanwil Kemenkumham NTB Raih Penghargaan Terbaik Pertama di Verification dan Accounting Award 2023

Ia pun datang ke pantai Senggigi pada sekitar tahun 80an. Saat itu Senggigi sangat ramai pengunjung dari dalam terlebih-lebih luar negeri. Saat itulah Ahdat kecil memulai melihat potensi di bisnis pariwisata dan memulai kehidupan barunya. Ahdat lebih memilih bekerja dan mencari uang sebanyak-banyaknya dari pada bersekolah.

“Awal nya saya berjualan di pantai Senggigi, jualan gelang yang tulis nama sesuai keinginan pembeli, lumayan harganya kita jual Rp15 ribu ke turis luar negeri dan Rp3 ribu ke turis lokal,” ujar Ahdat saat ditemui, Kamis (24/8/2023).

Saat itu nilai uang Rp15 ribu sangat tinggi, kata Ahdat. Selain menjual gelang. Ahdat semakin lama semakin tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan kuat membiayai kehidupannya sendiri. Ia pun berniat sukses dengan caranya sendiri walaupun setiap malam tidur di pinggir pantai. Pulang ke kampung halaman pun pada waktu itu jarang ia lakukan, karena jarak yang jauh dan akses jalan yang sulit.

Waktu terus berjalan, Ahdat pun mahir berbahasa inggris karena dipengaruhi lingkungan di pantai yang kebanyakan berinteraksi dengan turis asing. Hingga ia menjadi seorang tour guide karena pintar berbahasa inggris.

“Awal menjadi tour guide sekitar tahun 1993, saya keliling spot wisata setiap ada dapat tamu dan Alhamdulillah mendapat untung dari situ,” ujarnya.

Sukses baginya ada di depan mata karena peluang bisnis pariwisata di Senggigi sangat menjanjikan. Ketika ia rindu akan hangatnya kasih sayang orangtua, sesekali ia pulang menjenguk orang tua di kampung halaman yang lama ditinggalkannya.

Baca juga : Uji SIM, Satlantas Polres Sumbawa Barat Mulai Gunakan Sirkuit Baru 

Setelah yakin melepas lajang dengan seorang bunga desa di kampung, Ahdat pun memutuskan menikah di tahun 1996 dengan Nur Hasanah. Usai menikah kehidupan keduanya diberi dua orang anak yaitu satu perempuan dan satu laki-laki.

Usai menikah Ahdat memulai kembali usahanya, namun tidak lagi menjadi tour guide, tetapi mencoba berjualan keliling di sepanjang pantai di batu layar barat bersama sang istri tercinta yang selalu menemani nya.

Pahit manis dilalui Ahdat bersama keluarga kecilnya, menjual gorengan dan minuman keliling di sempadan pantai. Mengais rezeki untuk hidup yang layak dan sukses ke depannya.

Hingga pada tahun 2005, Ahdat bersama istri memulai memanfaatkan sempadan pantai di Duduk 4 membuat tempat sederhana untuk sekedar berteduh saat ia berjualan.

“Saat itu saya mulai buat untuk berteduh menggunakan kayu sederhana dan pakai daun kelapa dan kardus. Kemudian semakin lama semakin bagus kita tata. Saat itu di sini muara sungai” ujar Ahdat.

Ahdat mengaku, sesekali air sungai naik dan pondok kecilnya kadang tersapu ombak. Namun ia dan sang istri tidak pernah menyerah untuk kembali membangun dan memperbaiki tempat tersebut. Berjuang mencari sesuap nasi untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama anak-anak nya.

Pahit manis telah ia rasakan sejak kecil, ia menganggap itu lah perjuangan dan cobaan hidup yang ia lewati dan ia pilih. Hingga sekarang ia memiliki usaha yang baik dan sudah dikenal banyak orang.

Berkat usahanya, ia sampai menyekolahkan anak pertamanya di salah satu perguruan tinggi di Malaysia mengambil jurusan pariwisata. Ia mengaku bahwa ia menanggung semua biaya sekolah dengan uang sendiri tanpa beasiswa dari manapun.

Usaha Ahdat bersama istri sekarang telah besar, sukses yang ia inginkan walaupun belum tercapai sepenuhnya, namun ia bersyukur bahwa ia sudah punya bisnis dan bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus.

Baca juga : Dana BUMDES Raib Ratusan Juta, Mantan Kades di Sumbawa Dilaporkan ke Kejaksaan

Demikian juga Cafe Sun Beach yang ia miliki, kini menjadi salah satu lokasi yang paling diminati pengunjung menikmati sunset di pantai Senggigi. Apalagi di sebelah barat terlihat pura batu bolong dengan latar belakang sunset semakin menambah indah lokasi tersebut.

Pantai duduk 4 yang memiliki pasir putih lembut menjadi salah satu spot terindah di sore hari. Jika ingin menikmati kuliner sambil menikmati merah dan indahnya sunset, di sinilah tempat terbaik.

Semakin sore dan semakin gelap, lokasinya semakin indah, dibalut dengan lampu-lampu yang menambah estetika sebuah pantai sangat terasa. Pasangan yang ingin menikmati suasana santai ditemani deburan ombak sangat cocok.

Selain itu, kuliner yang disajikan pun terasa bagai di hotel berbintang namun terjangkau. Banyak pengunjung dari luar Lombok yang datang dan merasakan kenyamanan setelah berkunjung. Tak ketinggalan turis asing dari berbagai negara pun biasa menghabiskan waktu malam nya di pantai duduk 4.

Kini, usia tidak lagi muda, Ahdat bersyukur bahwa Allah telah memberikan nya rizki dan keluarga yang sempurna. Menurut Ahdat kesuksesan bukan lah diukur dari banyak harta, namun sukses adalah ketika puas mencapai sesuatu yang diusahakannya.

Ia pun menganggap bahwa dirinya sudah sukses karena telah memberikan seluruh hidup nya untuk keluarga hingga menyekolahkan anak nya ke luar negeri.

Kisah Ahdat membuka mata kita, bahwa perjuangan yang konsistensi akan membuahkan hasil maksimal. (FR).

Exit mobile version