Calon Walikota – Wakil Wali kota Mataram, H. Lalu Aria Dharma BS. SH – H. Weis Arqurnain Lc. MAg. Dok. Radarmandalika
MATARAM, SIARPOST | Pelan tapi pasti. AQUR, paslon nomor 1, kini telah menjelma sebagai kuda hitam. Dia menggetarkan hati siapa saja di Kota Mataram.
Betapa tidak! Keduanya merupakan calon Walikot Mataram, yang menampilkan sebuah perpaduan apik antara birokrat karir berpengalaman dan seorang anak muda penuh semangat. Hebatnya, anak muda jebolan Mesir ini tentu saja sangat diperhitungkan karena menempatkan dirinya sebagai generasi Z dengan latar belakang pendidikan bagus atau berkualitas.
“Pas untuk Mataram,” ujar budayawan Muslimin Hamzah, sebuah metropolis, yang dihuni oleh lapisan kelas menengah yang cukup besar.
Wartawan, penulis sejarah dan biografi ini, Rabu (9/10) di Mataram mengakui AQUR sudah mendapat tempat di hati publik. Hal itu antara lain terbukti dari hasil survei yang menunjukkan kenaikan signifikan akan keberterimaan masyarakat Kota Mataram terhadap AQUR.
AQUR merupakan akronim yang dibentuk dari dua nama yakni H. Lalu Aria Dharma BS, SH sebagai calon walikota Mataram dan H. Weis Alqurnain, Lc., MA., selaku calon wakil walikota Mataram.
Hal menarik, menurut Muslimin Hamzah yang akrab disapa Obima ini, kendati berorientasi jauh ke depan, AQUR justru mau “Membangun Kota Mataram Mulai dari Kampung.
Apa pasalnya? Obima menilai kaum miskin merupakan problem yang belum terpecahkan sepenuhnya di kota ini. Mereka terus terpinggirkan oleh orang kaya. Dengan sendirinya ruang berusahanya kian sempit, lahan pertanian yaang menjadi basis ekonomi mereka juga menyusut akibat alih fungsi lahan yang masif di kota ini.
BACA JUGA : 10 Tahun Musyafirin Jadi Bupati KSB, Masyarakat Seteluk Poto Tano Terabaikan
Dalam pandangan Obima, AQUR amat jeli melihat problematika Kota Mataram saat ini terlebih lagi ke depan.
“Artinya kaum miskin kota, “kata Obima yang mendiami kampung-kampung tradisional di Kota Mataram terus teralienasi dari basisnya. Mereka ini cukup besar. Jika tidak ditangani dengan baik menjadi bom waktu ke depan.
Bentuknya berupa pengangguran dengan segala dampak bawaannya yang terus menjerat mereka. Mereka juga kata Obima kurang mendapat akses ke pekerjaan di sektor-sektor produktif seperti ASN, pengusaha, profesional lain karena masalah kualitas pendidikan.
“Umumnya pendidikan mereka rendah,” papar Obima. Makanya menurut Obima meski kota ini penuh mal, hotel dan perkantoran, orang kampung tidak punya banyak akses ke sana. “Kalau pun ada, ya umumnya menjadi OB, tukang parkir serta ojek, tenaga keamanan, cleaning service dan pekerjaan kelas dua lainya. Kendati ada juga tentunya dengn posisi bagus, ‘tapi tak banyak,” ujar Obima penulis buku ‘Gajah Mada; Pimpin Ekspedisi Padompo, Proklamasikan Bima”.
Dalam pandangan Obima apa yang diikhtiarkan AQUR merupakan upaya memanusiawikan warga kampung, yang umumnya orang asli. Biasanya kerjanya serabutan, antara lain sebagai tenaga keamanan, pemulung, penjual bakulan, pembantu rumah tangga, pedagang kecil dan lainnya.
Karena tampil beda, peduli masyarakat kecil, akan menjadi pemantik bagi masyarakat untuk menyukseskan AQUR. (Fer)