Kebangkitan Pengusaha Lokal di Sumbawa Barat: Dampak Positif Kehadiran PT Amman Mineral

Wawan Ardiansyah Direktur PT. Catur Cahaya Niaga Mitra. Dok istimewa

Sumbawa Barat, SIAR POST – Industri pertambangan di Bumi Pariri Lema Bariri, Sumbawa Barat, tengah menjadi sorotan publik. Perbincangan seputar keberadaan dan nasib kontraktor lokal di wilayah operasional PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) ramai dibicarakan, baik di media sosial maupun forum-forum publik.

Isu utama yang mencuat adalah dugaan menyusutnya jumlah kontraktor lokal yang mampu bersaing dan bertahan sebagai mitra kerja di proyek Batu Hijau.

Tak sedikit yang menilai bahwa dominasi perusahaan besar dari luar daerah menutup peluang bagi pengusaha lokal. Namun, benarkah demikian kondisi sebenarnya?

BACA JUGA : Tak Ada Kenaikan Tarif Listrik Pasca Lebaran, PLN NTB Imbau Pelanggan Cermat Gunakan Energi

Tim media ini melakukan penelusuran mendalam dengan mewawancarai sejumlah tokoh dan pelaku usaha lokal yang aktif di sektor pertambangan. Fakta di lapangan justru menunjukkan sebaliknya, kontraktor lokal masih eksis dan bahkan menunjukkan perkembangan signifikan.

Salah satunya adalah PT Catur Cahaya Niaga Mitra, yang dipimpin oleh Wawan Ardiansyah. Dalam wawancara eksklusif, Wawan membantah anggapan bahwa kontraktor lokal tersisih.

“Kalau dibandingkan dengan zaman Newmont, memang pendekatan Amman berbeda. Dulu kontraktor lokal cenderung dimanjakan, sekarang kita dituntut lebih profesional dan kompetitif. Tapi peluang tetap terbuka. Kami, kontraktor lokal, tetap punya ruang bersaing dan bahkan bisa tumbuh bila bersinergi dengan perusahaan besar,” ungkapnya pada Senin (14/4/2025).

 




Pengalaman serupa juga diungkapkan oleh Aminuddin alias Joy, pimpinan PT Anugerah Maluk Nusantara. Joy, yang sebelumnya merupakan karyawan AMNT, menyatakan bahwa bekal pengalaman kerja menjadi modal penting untuk membangun perusahaan yang kuat.

 “Permodalan dan jaringan memang jadi tantangan utama pengusaha lokal. Tapi dengan kerja keras dan pemahaman terhadap sistem di Amman, kami bisa bersaing,” ujarnya optimis.

BACA JUGA : Ketua Forum Pengusaha Lingkar Tambang: Isu Demo di PT AMNT Tidak Mewakili Suara Pengusaha Lokal

Menurut Joy, sejumlah perusahaan lokal masih eksis bahkan berkembang. Ia menyebut nama-nama seperti BCA milik Ustad Rahmad, IHA Swiss milik Idham, hingga Gita Usaha Madani milik Gani, yang dikenal sebagai raja transportasi. Ada juga PT Fama milik Akhyar di Maluk dan PT Zasqindo milik Molen di Taliwang.

Sementara itu, pengusaha senior Abdi, yang sudah terlibat sejak masa konstruksi tambang Batu Hijau, juga membantah tudingan miring soal minimnya kontraktor lokal.

“Yang tumbang itu kebanyakan perusahaan yang sejak awal tidak punya fondasi kuat. Ada yang cuma jadi makelar tanpa membangun bisnis yang sehat. Tapi yang serius dan punya visi, tetap bertahan bahkan berkembang,” ujarnya.

 

Hal senada diungkapkan oleh Irwansyah, kontraktor lokal lainnya. Ia menilai bahwa banyak peluang diberikan oleh AMNT, namun kesiapan dari pihak kontraktor lokal sering kali menjadi kendala utama.

“Sekarang bukan zamannya lagi kontraktor lokal bersikap manja. Amman punya komitmen melibatkan kami, tapi kita juga harus siap dengan kualitas dan kapasitas yang diminta,” jelasnya.

 

Meski lebih kompetitif, para kontraktor lokal mengakui bahwa AMNT tetap memberi perlakuan khusus kepada mereka, seperti proses pembayaran tagihan yang lebih cepat dan prioritas dalam pekerjaan tertentu.

Kesimpulan:

Meski tantangan tetap ada, kehadiran PT Amman Mineral justru memicu kebangkitan dan peningkatan kapasitas kontraktor lokal di Sumbawa Barat. Dengan pendekatan profesional dan sinergi yang kuat, pengusaha lokal kini mampu bersaing di industri tambang nasional.

Exit mobile version