“Saya hanya ingin mereka tahu bahwa ada yang pernah berdiri di tempat mereka berdiri sekarang,” katanya lirih.
Cita-cita Munazar belum selesai. Ia ingin memperluas usaha ke kota-kota lain, membuka ruang pelatihan bisnis bagi pemuda Bima, dan membuat rumah singgah untuk mahasiswa perantauan.
Semua itu ia rancang bukan untuk prestise, tapi sebagai bentuk tanggung jawab terhadap akar dirinya sendiri.
“Kalau kamu tahu kamu bukan siapa-siapa, jangan takut memulai dari nol. Karena dari situlah kamu tahu bagaimana menghargai setiap langkah.” Munazar
Dalam gemerlap lampu kedai sayur yang tak pernah tidur, ada sosok Munazar yang dulu pernah hampir menyerah.
Namun kini, dari bilik dapur hingga ruang sidang, ia terus melangkah membuktikan bahwa tanah perantauan bukan hanya tempat hidup, tapi juga tempat membangun masa depan.
Redaksi___