Lombok Utara, SIARPOST– Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Lombok Utara, Budiawan, SH, menegaskan pentingnya integrasi literasi kebencanaan ke dalam kurikulum sekolah, baik sebagai muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini disampaikan dalam kegiatan pembahasan kerangka bahan ajar Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk satuan pendidikan yang berlangsung di Angkringan Balap, Desa Medana, 26–27 Agustus 2025.
Menurut Budiawan, upaya menanamkan kesadaran kebencanaan sejak dini tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, dunia pendidikan, BPBD, hingga masyarakat.
“Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal agar peserta didik sejak dini memahami bagaimana menghadapi bencana. Kita harus menyatukan persepsi semua stakeholder, sehingga terbentuk kerangka bahan ajar yang jelas dan mudah diterapkan di sekolah,” tegas Budiawan.
Ia menambahkan, FPRB bersama Pemerintah Daerah dan Program Siap Siaga akan terus bersinergi menyusun program nyata yang menyentuh langsung masyarakat. Budiawan berharap, pertemuan tersebut dapat menghasilkan formulasi bersama yang menjadi acuan bagi gerakan literasi kebencanaan di Lombok Utara.
“Anak-anak kita harus siap, karena daerah ini memang rawan bencana. Literasi dan mitigasi bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi gerakan bersama,” ujar Budiawan.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Kalak BPBD Lombok Utara M. Zaldi Rahadian, Kabid Dikdas Dikbudpora KLU H. Ali Marjati, SPAB Specialist Agus Siswoaji Utomo, Ketua Unit Layanan Disabilitas (ULD) BPBD NTB, jajaran pengawas satuan pendidikan, serta tokoh masyarakat.
Kalak BPBD Lombok Utara, M. Zaldi Rahadian, dalam sambutannya juga menekankan pentingnya penyusunan bahan ajar PRB yang terintegrasi dengan Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 43 Tahun 2023 tentang Pedoman Gerakan Literasi Kebencanaan. Ia berharap tragedi gempa 2018 dapat dijadikan bahan edukasi dalam bentuk video yang sesuai dengan jenjang pendidikan anak.
Kegiatan dua hari ini tidak hanya menjadi forum formalitas, melainkan wadah interaktif yang mempertemukan berbagai elemen. Melalui langkah konkret ini, generasi muda Lombok Utara diharapkan tumbuh dengan kesadaran tinggi terhadap risiko bencana, sekaligus menjadi agen perubahan untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh. ( Niss)