Mataram, SIAR POST – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menapaki jalur baru pembangunan dengan pendekatan berbasis desa. Melalui program Desa Berdaya Transformatif, NTB menargetkan penurunan kemiskinan ekstrem, penguatan ekonomi lokal, serta kolaborasi lintas sektor yang lebih terarah dan berdampak langsung pada masyarakat.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) NTB, Yusron Hadi, menjelaskan bahwa desa menjadi titik sentral pembangunan karena tiga alasan mendasar.
“Pertama, sebagian besar penduduk miskin kita berada di desa. Kedua, desa di NTB sebenarnya kaya sumber daya alam, baik pangan, pertanian, maupun perikanan. Dan ketiga, saat ini banyak anak muda kreatif yang tinggal di desa. Potensi inilah yang bisa menjadi kekuatan baru NTB bila dikembangkan secara tepat,” jelas Yusron dalam forum diskusi ‘Catatan Rakyat’ yang digelar YIM Creative Center di Bumi Resto, Mataram, Jumat (7/11/2025).
Menurut Yusron, Desa Berdaya Transformatif bukan sekadar program bantuan sosial, melainkan strategi pembangunan ekonomi jangka panjang yang mengubah desa dari objek pembangunan menjadi subjek utama perubahan.
“Desa kini menjadi simpul strategis yang menghubungkan sektor pertanian, industri, hingga ekonomi kreatif. Dengan konsep hilirisasi, kita memahami siapa yang memproduksi, mengolah, dan memasarkan hasilnya,” ujarnya.
Program ini juga bersinergi dengan pengembangan desa wisata yang memperkuat klaster destinasi nasional dan internasional, guna mempercepat transformasi NTB menuju daerah yang lebih mandiri dan berdaya saing global.
Sementara itu, Dr. Firman, akademisi dari Universitas Mataram, menilai konsep Desa Berdaya Transformatif sebagai model baru pembangunan yang berbasis data, berkelanjutan, dan menitikberatkan pada pendampingan keluarga miskin ekstrem.
“Pendekatannya bukan hanya ekonomi, tetapi juga sosial dan psikologis. Setiap keluarga miskin didampingi secara intensif, dengan data terverifikasi dan rencana graduasi menuju kemandirian,” jelasnya.
Ia menambahkan, program ini berjalan melalui beberapa tahapan: mulai dari verifikasi data, peningkatan kapasitas, hingga pendampingan keuangan rumah tangga agar masyarakat miskin dapat beralih dari pola konsumtif menuju produktif.
“Pendampingan dilakukan selama dua tahun untuk keluarga miskin ekstrem di desil satu. Targetnya, mereka tidak hanya keluar dari kemiskinan, tetapi benar-benar mandiri dan berdaya,” tegas Firman.
Pemerintah Provinsi NTB berperan sebagai pengorkestra utama yang menghubungkan pemerintah pusat, daerah, desa, sektor swasta, dan mitra pembangunan. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan menjadi kunci keberhasilan mewujudkan desa-desa tangguh dan berdaya transformasi di seluruh NTB.
Redaksi | SIAR POST
