Dorong Ekonomi Kerakyatan, Gubernur Iqbal Bangun 50 Koperasi Desa dan Gelontorkan Modal Awal

Mataram, SIAR POST – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan koperasi sebagai kekuatan utama ekonomi kerakyatan Indonesia. Dalam arahannya, ia menguraikan bahwa sejak muda ia dibesarkan dalam pemikiran ekonomi yang menekankan kemandirian, sebuah prinsip yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi.

“Saya selalu mengingat satu kalimat, koperasi adalah jalan kita untuk menolong diri kita sendiri melalui usaha bersama”, ujar Gubernur Iqbal saat menghadiri dan memberikan sambutan pada acara Musyawarah Wilayah (MUSWIL) Dewan Koperasi Indonesia Wilayah Provinsi NTB (DEKOPINWIL) di Bank NTB Syariah, Selasa (9/12).

Menurut Gubernur, semangat koperasi adalah penolak ketergantungan dan penegasan bahwa pertolongan pertama dalam ekonomi harus lahir dari masyarakat sendiri.

Dirinya menjelaskan, banyak pemikir sosial dan ekonom menegaskan bahwa kemajuan bukan hanya ditentukan faktor eksternal, melainkan dari kekuatan kolektif masyarakat.

Bahkan ajaran-ajaran moral dan religius menekankan pentingnya memudahkan kesulitan dan mendekatkan yang terasa jauh, sebuah prinsip yang semakin relevan di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil dan tekanan inflasi yang tinggi.

Gubernur Iqbal menilai bahwa koperasi adalah inti dari ekonomi kerakyatan yang selama ini diperjuangkan Indonesia. Ia mengingatkan bahwa bangkit bersama bukan sekadar slogan, tetapi prinsip kerja yang harus diterapkan.

“Bangkit itu bukan menunggu dibangkitkan, tetapi bergerak bersama,” tegasnya.

Meski koperasi Indonesia tumbuh sejak awal abad ke-20, kondisinya kini justru memprihatinkan. Banyak koperasi besar yang dahulu berjaya kini hilang satu per satu, sementara di negara-negara maju, koperasi justru tumbuh lebih kuat.

Dirinya mencontohkan beberapa koperasi raksasa dunia seperti Rabobank di Belanda serta jaringan Raiffeisen di Jerman, Austria dan Swiss. Koperasi-koperasi tersebut menguasai sektor pangan hingga perbankan, bahkan mampu mengambil alih bank besar dunia.

Sebaliknya, Indonesia dengan hampir 300 juta penduduk dan memiliki basis anggota koperasi terbesar di dunia, justru belum memiliki satu pun koperasi yang mampu menembus kelas global.

“Akar ekonomi bangsa ini adalah gotong royong dan solidaritas. Selama logika kapitalisme yang hanya menguntungkan yang kuat masih mendominasi, rakyat kecil akan selalu tertinggal,” ungkapnya.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, Gubernur menginstruksikan bank NTB Syariah untuk mempercepat transformasi koperasi, khususnya Koperasi Desa Merah Putih. Ia menilai birokrasi selama ini terlalu lambat merespons kebutuhan pengembangan koperasi, sehingga ia meminta bank NTB Syariah bergerak cepat.

Gubernur Iqbal menetapkan proyek pembangunan 50 koperasi percontohan dan menyiapkan Rp50 juta per koperasi sebagai modal awal agar mereka dapat mulai menjalankan usaha, membangun portofolio bisnis dan mengukur kapasitas kredit dalam satu tahun.

“Kalau tidak kita kawal, tidak mungkin koperasi besar lahir. Pemerintah tidak boleh hanya mencari aman, kita harus memberi contoh,” tegasnya.

Menurutnya, bangsa Indonesia bukan bangsa yang belajar dari buku semata, tetapi dari contoh nyata. Karena itu, lima koperasi percontohan ini akan menjadi model yang dapat direplikasi ke seluruh daerah.

Saat ini, sekitar 1.166 desa dan kelurahan di wilayah yang berpotensi menjadi basis koperasi desa. Jika setiap koperasi mampu memiliki kapitalisasi minimal Rp1 miliar, maka valuasi koperasi desa secara keseluruhan dapat mencapai lebih dari Rp1 triliun.

“Ini akan menciptakan jaringan distribusi logistik paling merata di Indonesia. Setiap desa bisa menjadi simpul ekonomi,” jelasnya.

Dengan jaringan koperasi desa, distribusi barang dapat menjadi lebih efisien daripada rantai distribusi perdagangan besar yang selama ini dikuasai swasta. Dalam skema itu, koperasi desa menjalankan distribusi lokal sementara koperasi pusat menangani distribusi antar kabupaten dan antar wilayah, membentuk ekosistem logistik rakyat yang lebih murah dan mandiri.

Gubernur Iqbal menekankan pula tiga hal penting yaitu, perlu dibangun kompetensi pusat yang melibatkan akademisi, universitas, pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat kapasitas koperasi, harus ada eksperimen-eksperimen model bisnis koperasi, tidak hanya mengandalkan sistem simpan-pinjam yang kini lebih banyak dipakai untuk berutang daripada berproduksi dan partisipasi anggota harus menjadi ruh koperasi, agar tidak terjadi praktik di mana hanya sedikit orang yang menikmati manfaat koperasi.

Dirinya menekankan bahwa koperasi harus menjadi wadah yang inklusif, di mana setiap anggota memiliki peran. Mulai dari pengelola dapur umum dalam kegiatan desa, tim pemelihara jalan hingga pengelolaan usaha-usaha kecil masyarakat, semua harus menjadi bagian dari ekosistem koperasi.

Exit mobile version