‎BPBD KLU Tekankan Peran Jurnalis sebagai Penjaga Nalar Publik di Wilayah Rawan Bencana



‎Lombok Utara,SIARPOST – Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kapasitas jurnalis serta media dalam penyampaian informasi kebencanaan yang akurat, edukatif, dan bertanggung jawab kepada masyarakat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Utara melaksanakan kegiatan pelatihan jurnalis kebencanaan/peduli bencana,Rabu 24/12/2025 diaula kantor bupati KLU.

Di tengah kondisi geografis Lombok Utara yang menyimpan berbagai potensi bencana, peran jurnalis tak lagi sekadar menyampaikan peristiwa, tetapi menjadi penjaga nalar publik agar masyarakat tetap waspada tanpa diliputi kepanikan.

‎Kepala Pelaksana BPBD Lombok Utara, M. Zahaldi Rahardian, menegaskan bahwa jurnalis memiliki posisi strategis dalam ekosistem penanggulangan bencana. Melalui pemberitaan yang akurat, edukatif, dan bertanggung jawab, media mampu membentuk kesadaran kolektif masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana.

‎“Berita yang ditulis jurnalis sangat berpengaruh terhadap cara masyarakat memahami risiko bencana. Karena itu, informasi harus disampaikan secara berimbang, tidak menakut-nakuti, tapi tetap mendorong kewaspadaan,” ujar Zahaldi dalam wawancara terkait pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Jurnalis Kebencanaan.

‎Menurutnya, jurnalis menjadi penghubung penting antara pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan kebencanaan. Pemberitaan yang tepat bukan hanya menyampaikan kejadian, tetapi juga mendorong partisipasi publik dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana.

‎Hal senada disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara, Sahabudin, MH, yang menyebut Lombok Utara sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi, baik dari sisi geografis, geologis, maupun meteorologis.

‎“Wilayah kita terbuka langsung ke laut lepas di utara dan pegunungan di selatan. Kondisi ini menjadikan Lombok Utara sangat rentan terhadap berbagai jenis bencana, baik alam maupun non-alam,” jelas Sahabudin.

‎Dalam konteks tersebut, ia menilai jurnalis sebagai mitra strategis pemerintah daerah. Dengan otoritasnya dalam memilih diksi dan sudut pandang pemberitaan, jurnalis memiliki peran besar dalam membangun pemahaman publik yang sehat.

‎“Pemerintah memiliki keterbatasan. Karena itu, kolaborasi dengan jurnalis menjadi sangat penting, khususnya dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait kebencanaan,” ujarnya.

‎Sahabudin juga mengingatkan bahwa kesalahan dalam memilih kata dan framing berita dapat berdampak psikologis bagi masyarakat, terutama di wilayah yang pernah mengalami bencana besar. Ia mencontohkan sejumlah peristiwa bencana di daerah lain yang memicu trauma berkepanjangan akibat pemberitaan yang kurang sensitif.

‎Melalui Bimtek Jurnalis Kebencanaan ini, pemerintah daerah berharap insan pers di Lombok Utara mampu meningkatkan kapasitas dalam menyajikan informasi kebencanaan yang menenangkan, mendidik, sekaligus menginspirasi masyarakat untuk lebih siap menghadapi risiko bencana.

‎“Tujuannya bukan menutup fakta, tetapi menyampaikan kebenaran dengan cara yang membangun kesiapsiagaan, bukan kepanikan,” pungkasnya.(Niss)

Exit mobile version