Dugaan Pesta Narkoba, Oknum Polisi di Dalam WC, PNS Hingga Guru P3K Ditangkap: Publik Tuntut Keterbukaan Polri

 

Oknum Polisi hingga PNS Pemda Dompu saat digrebek tim Opsnal Satnarkoba. Dok Istimewa

DOMPU, SIAR POST – Sebuah penggerebekan di Kelurahan Bali I, Kecamatan Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa siang (22/4/2025) memicu badai reaksi publik. Delapan orang diamankan dalam sebuah kamar kos-kosan yang disebut-sebut digunakan sebagai lokasi pesta narkoba.

Tapi yang menggemparkan bukan hanya jumlah orang yang ditangkap—melainkan siapa saja yang berada di dalamnya dan apa yang ditemukan (atau tidak ditemukan) di lokasi.

Salah satu dari delapan orang yang diamankan adalah oknum anggota Polres Dompu, yang terciduk bersama seorang perempuan di dalam WC, sesaat setelah pintu didobrak oleh tim opsnal narkoba. Selain itu, hadir pula ASN, honorer, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga.

BACA JUGA : Buntut Dugaan Pungli Penjualan Lahan, Tiga Petani di Desa Jotang Sumbawa Jadi Tersangka Pemukulan Ketua BPD

Namun, dalam penggeledahan, tidak ditemukan barang bukti narkotika. Meski begitu, seluruh terduga tetap digiring ke Mapolres Dompu untuk diperiksa lebih lanjut.

Publik Bertanya: Kalau Tak Ada Barang Bukti, Kenapa Ditahan?

Kebingungan publik tak terelakkan. Di media sosial, suara-suara kritis menggema. Salah satunya dari akun Facebook Son Marhaen, yang mengunggah foto botol minuman keras kelas atas di meja TKP.

“Katanya tidak ada bukti. Tapi botol minuman keras mahal itu apa? Cuma hiasan? Jangan main-main dengan kepercayaan rakyat,” tulisnya.

Pertanyaan serupa muncul dari berbagai kalangan masyarakat. Banyak yang menyayangkan sikap aparat yang dinilai tidak transparan.

Mereka mendesak Polres Dompu untuk menjelaskan duduk perkara dengan jujur, dan meminta Mabes Polri dan Cyber Crime untuk turun tangan mengawasi prosesnya.

Kronologi yang Membuka Banyak Tanda Tanya

Menurut keterangan resmi dari Kasi Humas Polres Dompu, AKP Zuharis, yang dikutip dari Lakeynews, kejadian bermula dari laporan warga yang mencurigai adanya pesta narkoba di sebuah kos-kosan di Kelurahan Bali.

Tim opsnal yang turun ke lokasi mengaku mendengar suara musik kencang dan teriakan kegirangan dari dalam kamar.

BACA JUGA : 1wqSedang Dalam Proses, Ini Wilayah yang Akan Segera Jadi Kecamatan Baru di Lombok Utara!

Empat anggota kemudian lompat pagar dan mendobrak pintu. Enam orang ditemukan sedang berjoget. Dua lainnya, termasuk oknum polisi berinisial FRP, ditemukan bersama seorang perempuan di dalam kamar mandi.

Namun setelah penggeledahan menyeluruh, termasuk ke kamar kos lain milik salah satu terduga, tidak ditemukan barang bukti narkotika.

Yang ditemukan justru botol minuman keras, dugaan pelanggaran etika, dan perilaku tak pantas yang dilakukan oleh seorang anggota Polri. Ini yang membuat kasus ini menjadi sorotan luas.

“Jangan Main Api, Publik Tidak Diam”

Gelombang desakan muncul dari berbagai pihak. Masyarakat menuntut keterbukaan informasi dan keadilan tanpa tebang pilih.

 




“Kalau rakyat biasa langsung diberitakan, kenapa kalau ada oknum aparat justru informasinya ditutup-tutupi?” ujar seorang aktivis muda Dompu yang mengikuti kasus ini dari awal.

Akun-akun sosial media bahkan memviralkan botol minuman keras yang terlihat di lokasi, meminta klarifikasi apakah itu “botol kecep” biasa atau benar-benar botol minuman beralkohol premium, yang seharusnya tidak ditemukan dalam situasi seperti itu.

Daftar Lengkap Delapan Terduga yang Diamankan:

1. AF (27) – Wiraswasta

2. F (32) – Honorer

3. NF (28) – ASN Guru PPPK

4. RN (28) – Ibu Rumah Tangga

5. K (34) – Honorer

6. FRP (22) – Oknum Polri

7. AR (32) – PNS

8. MB (21) – Mahasiswa

 

Publik Menunggu Langkah Tegas Mabes Polri

Kasus ini kini bukan sekadar soal narkoba, tapi soal transparansi, etika aparat, dan akuntabilitas lembaga hukum. Kepercayaan publik terhadap institusi Polri kembali dipertaruhkan.

BACA JUGA : Tegas! Kapolres KSB Siap Tindak Anggota dan Jaringan Narkoba Tanpa Pandang Bulu

“Kami rakyat Indonesia, meminta kepada Mabes Polri dan Cyber Crime, apakah pantas seorang anggota Polri berada dalam posisi seperti ini? Kami hanya ingin jawaban jujur, bukan penyangkalan,” tulis warganet dalam salah satu unggahan viral.

Kasus ini menjadi cermin: apakah hukum di negeri ini akan ditegakkan dengan jujur dan adil, atau akan kembali menjadi panggung sandiwara yang menyakitkan hati rakyat?

Masyarakat Dompu, bahkan Indonesia, tak lagi ingin dibungkam dengan retorika. Mereka menuntut: klarifikasi, keterbukaan, dan keadilan. Karena kepercayaan itu mahal. Dan sekali rusak, sulit untuk dipulihkan.

Pewarta : Edo | Redaktur : Feryal

Exit mobile version