Foto ilustrasi.
Dompu, SIAR POST — Gelombang kritik terhadap PT Sumbawa Timur Mining (STM) terus meningkat, terutama terkait proses perekrutan tenaga kerja yang dinilai tertutup, tidak adil, dan minim transparansi.
Dua tokoh masyarakat Hu’u, Samsuddin (65) dan Abubakar (52), secara terbuka menyuarakan kekecewaan mereka terhadap praktik perusahaan yang dianggap mengabaikan warga lokal sebagai prioritas utama tenaga kerja.
Samsuddin, warga Desa Hu’u yang dikenal aktif mengawal isu-isu pertambangan, menyebut bahwa pola rekrutmen PT STM lebih menyerupai sistem “titipan” daripada proses seleksi profesional yang transparan.
“Satu desa kadang hanya satu orang yang diterima. Itu pun bukan karena kemampuan, tapi karena kedekatan. Ini jelas menyakitkan bagi warga yang berharap,” ujarnya geram.
Menurutnya, ketimpangan ini membuat masyarakat lingkar tambang merasa dipinggirkan, padahal merekalah yang seharusnya menjadi prioritas dalam pemberdayaan dan penyerapan tenaga kerja.
Senada, Abubakar menilai kehadiran PT STM justru memunculkan harapan palsu.
“Katanya tambang ini untuk mengurangi pengangguran, tapi mana buktinya? Dari ribuan warga Hu’u, yang direkrut tak sampai 0,3 persen. Sisanya dari luar,” tegasnya.
Ia mengaku sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi dan keluhan warga ke pemerintah desa hingga pihak perusahaan, namun tak pernah mendapat tanggapan memadai.
“Jawaban mereka selalu, ‘kami koordinasi dulu dengan atasan di Jakarta.’ Tapi hasilnya nol. Tidak ada realisasi sampai hari ini,” keluh Abubakar.
Tak hanya itu, Abubakar menuding PT STM dan Kementerian ESDM telah menyesatkan publik terkait dampak sosial dan komitmen pemberdayaan masyarakat lokal.
BACA JUGA : Polda NTB Ungkap 53 Kasus Narkoba, Sita 8,6 Kg Sabu dan Tangkap Hampir 100 Tersangka Sepanjang Awal 2025
“Ini bukan hanya pengabaian, ini pembohongan publik besar-besaran,” cetusnya.
Pernyataan kedua tokoh ini memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara warga dan perusahaan tambang raksasa tersebut.
Ketertutupan informasi, minimnya partisipasi warga lokal, serta tidak meratanya akses kerja memperkuat dugaan bahwa proyek tambang ini lebih menguntungkan pihak luar ketimbang membangun kesejahteraan masyarakat Dompu sendiri.
Redaksi___