Kisah Pilu Mujiburahman, Korban Bacok di Bima: Tertahan di RSUD karena Tak Mampu Bayar Biaya Rujukan ke Mataram

Bima, SIARPOST — Malam Kamis yang seharusnya menjadi waktu istirahat bagi Mujiburahman (25), warga Dusun Lambu, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, justru berubah menjadi mimpi buruk.

Ia menjadi korban pembacokan keji pada Kamis (9/10/2025) sekitar pukul 23.00 Wita. Luka bacok di bagian kepala membuatnya harus dilarikan ke RSUD Bima untuk mendapatkan perawatan darurat.

BACA JUGA : Ketahuan Jual LPG 3 Kg di Atas HET, Izin Pangkalan UD Yasmin di Sumbawa Dicabut

Namun, setelah beberapa hari dirawat, kondisi Mujiburahman semakin mengkhawatirkan. Tim medis menyarankan agar ia segera dirujuk ke RSUP NTB di Mataram guna mendapatkan penanganan intensif karena luka di kepala membutuhkan perawatan lanjutan.

Sayangnya, harapan itu tertahan oleh kenyataan pahit: keluarga korban tidak memiliki biaya untuk membawa pasien ke Mataram.

Relawan kemanusiaan asal Bima, Arif Rato, yang mendampingi korban, mengungkapkan bahwa keluarga Mujiburahman berasal dari kalangan tidak mampu dan kini benar-benar kehabisan cara untuk mencari dana.

“Pasien masuk ke RSUD Bima hari Kamis pagi setelah dibacok malam sebelumnya. Sekarang kondisinya harus segera dirujuk ke RSUP NTB. Tapi keluarga benar-benar tidak punya biaya,” tutur Arif saat diwawancarai, Rabu (15/10/2025).

Kabar baiknya, NTBCare bersama mitra ASDP, Infa, dan Gapasdap sudah menyatakan kesediaan membantu dengan menyediakan penyeberangan ambulans gratis dari Pelabuhan Poto Tano menuju Kayangan dan sebaliknya.

Namun ironisnya, pasien masih tertahan di RSUD Bima karena pihak rumah sakit disebut tetap meminta biaya perjalanan sekitar Rp5 juta untuk proses rujukan.

BACA JUGA : Bantah Lalai, RSUD Lombok Utara Klarifikasi Isu Dugaan Penolakan Pasien Ibu Hamil

“Padahal sudah ada bantuan dari NTBCare dan ASDP untuk biaya nyebrang gratis, tapi pihak RSUD tetap meminta dana sekitar lima juta. Jadi pasien belum bisa diberangkatkan,” tambah Arif dengan nada kecewa.

Keluarga Mujiburahman disebut telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, namun hingga kini belum ada kejelasan maupun bantuan yang turun.

Di tengah ketidakpastian itu, relawan kemanusiaan berharap ada tangan-tangan dermawan yang bersedia membantu biaya rujukan dan pendampingan pasien di Mataram.

“Kami mohon kepada siapa pun yang tergerak hatinya untuk membantu. Ini soal nyawa dan kemanusiaan,” ujar Arif penuh harap.

Exit mobile version