Kisah Cinta yang Dikorbankan Demi Persaudaraan: Teladan Ikhlas dari Salman al-Farisi dan Abu Darda

SIARPOST – Sebuah kisah menyentuh tentang keikhlasan dan pengorbanan cinta kerap beredar di berbagai media sosial dan majelis taklim. Kisah itu menceritakan peristiwa antara dua sahabat Rasulullah SAW, yakni Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu dan Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, yang dikisahkan sebagai contoh nyata persaudaraan sejati dalam Islam.

Dikisahkan bahwa setelah hijrah ke Madinah, Salman al-Farisi, sahabat mulia yang dikenal karena keilmuan dan keteguhan imannya, jatuh cinta kepada seorang wanita dari kalangan Anshar. Wanita itu terkenal karena kesalehannya dan akhlaknya yang mulia.

Salman pun berniat melamar wanita tersebut. Namun karena belum mengenal adat masyarakat Madinah, ia meminta bantuan sahabat dekatnya, Abu Darda.

“Wahai Abu Darda, aku ingin melamar seorang wanita Anshar. Maukah engkau membantu dan menyampaikan maksudku kepada keluarganya?” demikian Salman dikisahkan berkata kepada sahabatnya.

Abu Darda pun membantu. Namun saat lamaran disampaikan, keluarga wanita itu justru menjawab dengan hal yang tak terduga.
“Putri kami menolak lamaran Salman, namun ia bersedia menerima lamaranmu, wahai Abu Darda,” begitu pesan yang disampaikan sang ibu.

Salman disebutkan hanya terdiam, lalu berkata dengan penuh keikhlasan, “Wahai saudaraku, aku memang mencintai wanita itu. Namun aku sadar, takdir Allah selalu lebih indah daripada keinginanku.

Segala yang telah kusiapkan untuk lamaran ini, sekarang menjadi milikmu. Demi Allah, aku ikhlas. Dan aku akan berdiri sebagai saksi atas pernikahan kalian.”

Kisah ini sering diangkat untuk menggambarkan keikhlasan, persaudaraan, dan cinta karena Allah, sebuah pelajaran berharga bahwa cinta sejati tidak selalu tentang memiliki, melainkan juga tentang merelakan.

Meskipun kisah ini viral dan sering dianggap kisah nyata para sahabat, tidak ada satu pun sumber hadis atau kitab sejarah klasik yang mencatat peristiwa ini secara sahih.

Penelusuran terhadap literatur utama seperti:

Shahih al-Bukhari

Shahih Muslim

Musnad Ahmad

Al-Isti‘ab fi Ma‘rifat al-Ashab karya Ibn Abd al-Barr

Usd al-Ghabah fi Ma‘rifat al-Sahabah karya Ibn al-Atsir

Siyar A‘lam an-Nubala’ karya Adz-Dzahabi

menunjukkan tidak adanya riwayat atau sanad yang menyebut kisah lamaran Salman al-Farisi terhadap wanita Anshar dan penolakannya demi Abu Darda.

Yang benar-benar terdapat dalam riwayat sahih adalah bahwa Rasulullah SAW mempersaudarakan Salman dan Abu Darda, dan Salman pernah menasihati Abu Darda agar tidak berlebihan dalam ibadah hingga melupakan keluarga. (HR. Bukhari, no. 1968)

Terlepas dari kebenaran historisnya, pesan moral dari kisah ini tetap relevan:
bahwa keikhlasan dan ridha terhadap takdir Allah adalah puncak dari keimanan.
Salman al-Farisi dan Abu Darda tetap menjadi simbol persaudaraan sejati dalam Islam, bukan karena kisah cinta yang dikorbankan, tetapi karena ketulusan mereka menjaga ukhuwah dan saling menasihati di jalan Allah.

Redaksi | SIAR POST

Exit mobile version