Sumbawa, SIARPOST — Di tengah arus deras teknologi dan gempuran gadget yang kini menguasai kehidupan anak-anak di kota, suasana berbeda justru tampak di sebuah kampung kecil di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Di Kampung Pupinka, Kelurahan Bugis, anak-anak masih menikmati permainan rakyat tradisional yang hampir pudar, bermain kelereng.
Sore hari di kampung itu menjadi waktu paling ditunggu. Di tanah pinggir sungai yang sederhana, belasan anak berlarian dengan wajah penuh semangat.
Mereka menggelar permainan kelereng dengan aturan khas masa lalu: siapa yang paling tepat mengenai kelereng lawan, dialah pemenangnya. Tak ada layar ponsel, tak ada suara notifikasi, yang terdengar hanya tawa riang dan sorakan kecil setiap kali kelereng berhasil mengenai sasaran.
BACA JUGA : Diduga Lalai Tangani Pasien, RSUD Lombok Utara Disorot Usai Bayi Meninggal Dunia
Permainan sederhana ini seolah menjadi napas segar di tengah modernisasi yang kian cepat menelan masa kanak-kanak.
Di kota-kota besar, pemandangan seperti ini sudah nyaris tak terlihat. Anak-anak lebih banyak duduk di depan layar, tenggelam dalam dunia digital, dan perlahan kehilangan interaksi sosial yang alami.
“Kalau di sini anak-anak masih suka main di luar. Mereka bikin lingkaran di tanah, kumpul ramai-ramai, dan ketawa bareng. Rasanya seperti dulu waktu kami kecil,” ujar salah satu warga Pupinka, Julyadi, sambil tersenyum melihat anak-anak bermain.
Menurutnya, permainan kelereng bukan sekadar hiburan, tapi juga bentuk pendidikan sosial yang sangat berharga. Anak-anak belajar bersaing sehat, menunggu giliran, dan menghargai teman. Nilai-nilai seperti itu kini mulai hilang di era digital.
“Dulu, sore itu waktu bermain. Sekarang, anak-anak kota malah sibuk dengan HP. Mereka jarang keluar rumah, apalagi main tanah,” tambahnya.
Kelereng atau dikenal juga dengan istilah gundu di beberapa daerah adalah permainan rakyat yang telah ada puluhan tahun silam. Selain murah dan mudah dimainkan, permainan ini juga menjadi simbol kebersamaan anak kampung. Tak butuh peralatan mahal, hanya butuh tanah lapang dan imajinasi yang bebas.
BACA JUGA : Dapat Info dari Sosmed, Polisi Ringkus Terduga Pencurian Tabung LPG di Dompu
Kini, di tengah dominasi gadget, permainan kelereng di Pupinka menjadi pengingat penting bagi masyarakat: bahwa kebahagiaan anak-anak sejatinya tak selalu datang dari teknologi, tetapi dari interaksi nyata dan permainan sederhana yang membentuk karakter.
Permainan rakyat seperti ini bukan hanya nostalgia, tetapi warisan budaya yang harus dijaga. Sebab di balik keceriaan anak-anak yang bermain kelereng di Pupinka, tersimpan pesan kuat tentang pentingnya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian nilai-nilai tradisional.
Anak-anak Pupinka telah memberi contoh: bahwa kebahagiaan sejati masih bisa ditemukan di tanah lapang, di bawah langit sore, tanpa bantuan layar kaca.
Redaksi | SIAR POST