Tak Hanya Pembawa Penyakit, Lalat Ternyata Punya Manfaat Vital

Liputan Wartawan Siar post. Dok Halo Sehat

MATARAM, SIAR POST — Selama ini lalat dikenal sebagai serangga pengganggu dan sumber penyakit. Namun sejumlah penelitian ilmiah dan pernyataan pakar yang dimuat di berbagai media kredibel menunjukkan bahwa lalat justru memegang peranan penting dalam keberlangsungan ekosistem hingga dunia medis.

Dalam laporan resmi Universitas Airlangga (UNAIR), para peneliti menjelaskan bahwa lalat botol hijau (Lucilia sericata) bisa berfungsi sebagai penyerbuk tanaman bawang merah dalam ruang tertutup.

“Lalat botol hijau dapat diproduksi dalam jumlah besar dan dapat diterapkan sebagai penyerbuk dalam ruangan, terutama untuk tanaman tertentu,” demikian laporan UNAIR News dalam artikel berjudul Lalat Botol Hijau Agen Polinasi Tumbuhan Rempah Bawang Merah yang telah dipublikasikan di laman resmi universitas tersebut.

Penemuan ini menegaskan bahwa lalat tidak hanya menjadi ancaman sanitasi, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan melalui proses penyerbukan.

Dari sisi ekologi, manfaat lalat semakin jelas dalam publikasi ilmiah. Jurnal Biologi Universitas Udayana, melalui penelitian yang dilakukan di Lombok Barat, menyebut:

“Lalat hijau (Chrysomya megacephala) memiliki peranan ekologis penting sebagai dekomposer.”

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lalat dan mikroorganisme yang terbawa tubuhnya mempercepat penguraian sampah organik dan bangkai. Proses ini membantu mengembalikan nutrisi ke tanah dan menjaga kualitas lingkungan.

Prof. Tri Atmowidi, pakar serangga dari IPB University, juga menegaskan peran vital serangga dalam ekosistem.
Dalam laporan IPB University News tanggal 29 April 2024, ia menyebut:

“Serangga berperan penting sebagai pengurai bahan organik (dekomposer) dan juga sebagai polinator.”

Menurutnya, kelompok serangga Diptera—termasuk lalat—berperan besar pada proses dekomposisi alami dan keseimbangan biodiversitas.

Dunia Medis: Larva Lalat Dipakai untuk Mengobati Luka Kronis

Dalam dunia medis, larva lalat sudah lama digunakan dalam metode Maggot Debridement Therapy (MDT), yakni terapi pembersihan luka kronis dengan larva steril.
Berbagai jurnal kedokteran menegaskan bahwa larva lalat tidak merusak jaringan sehat, tetapi hanya memakan jaringan mati serta bakteri penyebab infeksi.

MDT kini dipakai pada pasien luka diabetes, gangrene, hingga kasus infeksi berat, dan terbukti lebih aman dibanding pembedahan konvensional pada kasus tertentu.

Namun Lalat Tetap Berisiko: Bisa Bawa Parasit dan Penyakit

Meski memiliki banyak manfaat, sejumlah jurnal kesehatan tetap mengingatkan bahwa lalat harus dikendalikan.
Jurnal Mitra Kesehatan, dalam penelitiannya mengenai fauna lalat di pasar tradisional Sleman, Yogyakarta, mencatat:

“Lalat merupakan vektor mekanik penyakit dan memiliki kebiasaan hidup di lingkungan dengan sanitasi buruk.”

Penelitian tersebut menyatakan bahwa lalat yang hinggap di sampah, bangkai, atau kotoran dapat membawa lebih dari 100 jenis patogen ke makanan manusia, meningkatkan risiko diare, tipus, dan penyakit berbasis lingkungan lainnya.

Berbagai penelitian dan pernyataan pakar menegaskan bahwa lalat tidak bisa sekadar dianggap musuh. Mereka memiliki fungsi ekologis, pertanian, hingga medis yang tidak tergantikan.

Namun manusia tetap perlu mengendalikan populasinya melalui kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah yang benar, dan sanitasi yang baik.

Lalat mungkin serangga kecil yang sering diabaikan, tetapi perannya dalam kehidupan manusia ternyata jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan.

Redaksi | SIAR POST

Exit mobile version