SIAR POST | Evandra Florasta kesehariannya tinggal di lingkungan Asrama Komplek TNI di Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Ia tinggal bersama saudara dan kedua orang tuanya yang berdarah Flores, Oktamus Silvester dan Faridha Mariana.
Ayah Evandra, Oktamus Silvester, adalah seorang prajurit TNI berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda) yang bertugas di Brigade Infanteri 18/Sarvatra Eva Yudha atau Brigif 18/Trisula, satuan jajaran Divisi Infanteri 2/Kostrad.
BACA JUGA : Warga Dompu Protes Rekrutmen PT STM dan Krisis Air: “Kami Tersisih di Tanah Sendiri”
Remaja kelahiran Malang, 17 Juni 2008 itu dikenal sebagai pribadi yang patuh dan pekerja keras di mata kedua orang tuanya. Keluarganya menanamkan nilai kedisiplinan dan semangat untuk tidak mudah menyerah dalam perjuangan.
Evandra kini duduk di kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang. Ia mulai mengenal dunia sepak bola sejak usia empat tahun, dan bakatnya mulai diasah lebih serius ketika bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) pada usia tujuh tahun.
Selama masa Sekolah Dasar di Malang, Evandra pernah berlatih di SSB Angkasa selama tiga bulan. Ia juga sempat memperkuat SSB Kameta (Kalah Menang Tarung) dalam waktu yang singkat.
Kecintaan ayah Evandra terhadap sepak bola turut membentuk kedisiplinannya. Ia selalu mendapatkan pantauan dan arahan dari sang ayah. Oktamus bahkan mencatat detail permainan anaknya sejak kecil, mulai dari teknik passing hingga kontrol bola.
“Saya catat detail-detailnya dari kecil, dia passing gini, kontrol gimana, itu saya catat semua. Supaya dia ada evaluasi, kalau ada kekurangan. Bahasa Jawanya itu harus kulino dulu. Saya nyatet, mojok sendirian, tidak bergabung dengan orang tua lainnya,” cerita Oktamus Silvester dikutip dari KapanLagi.com yang direpost oleh Sepakbola Indonesia.
Kebiasaan tersebut terus dilakukan hingga kini. Bahkan saat melawan Korea Selatan dan Yaman, catatan evaluasi dari sang ayah tetap dibuat. Setiap catatan disampaikan kepada Evandra, baik melalui telepon maupun saat ia pulang ke rumah.
“Setiap habis pertandingan telepon. Dia telepon, salah ini, dia nyadari kesalahannya. Setiap pulang, 2-3 minggu ada evaluasi. Kita punya jurus, kita punya rumus, punya ‘rahasia sendiri’ kalau gagal satu ada jurus kedua untuk Indonesia. Kemarin pulang 22 Maret itu habis dari Cina pulang,” ungkapnya dengan penuh semangat.
BACA JUGA : Ketua MIO NTB Soroti PT STM: Komunikasi Gagal, Klarifikasi Berulang Tanda Minim Transparansi
Sementara itu, sang ibu, Faridha Mariana, menyadari bahwa anak seusia Evandra bisa saja mengalami kelelahan karena latihan yang keras. Saat itulah ia hadir untuk memberi semangat dan mengingatkan tujuan besar yang harus diraih.
“Capek wajar, kalau capek istirahat. Habis istirahat bangkit lagi, berjalan lagi, bisa lebih tenang juga. Di Timnas pernah mengeluh, capek ya saya bilang wajar, tidur istirahat rileks saja, besoknya seger lagi. Saya selalu berpesan jangan pernah sombong, jangan pernah puas diri, ini masih awal, langkah masih panjang, belum ada apa-apanya,” ujar Faridha.
Kini, sosok Evandra tengah menjadi sorotan pecinta sepak bola Indonesia. Ia tampil gemilang bersama Timnas U-17 di ajang Piala Asia U-17 2025, mencetak tiga gol dalam dua laga awal turnamen—satu dari titik penalti saat melawan Korea Selatan, dan dua gol lainnya saat menghadapi Yaman dengan skor 4-1.
(FR)