Anggota Komisi III DPRD Sumbawa, Andy Rusni, yang juga Ketua Fraksi Gerindra. Dok Intan Media
Sumbawa, SIAR POST — Jagat maya Sumbawa sempat dihebohkan dengan unggahan viral tentang meninggalnya seorang pasien di Puskesmas Lopok yang disebut-sebut tidak mendapatkan penanganan karena tak ada petugas di tempat.
Setelah mencuat di media sosial, kasus ini langsung disikapi cepat oleh Anggota Komisi III DPRD Sumbawa, Andy Rusni, yang juga Ketua Fraksi Gerindra.
Namun, hasil sidak lapangan yang dilakukan oleh Andy Rusni, mengungkap cerita yang berbeda.
Andy melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Puskesmas Lopok pada Jumat pagi (18/4/2025), setelah membaca postingan viral di grup Facebook Samawa Lawyer Club.
“Saya langsung ke lokasi untuk membuktikan kebenaran kabar yang beredar di media sosial. Saya ingin tahu, apakah benar tidak ada petugas saat kejadian,” tulisnya.
Dalam unggahan itu, salah satu warga menyebut bahwa seorang pasien bernama Ny. Fatma, warga Desa Bagetango, meninggal dunia karena tidak ada petugas di ruang UGD saat dibawa berobat.
Namun, hasil investigasi Andy di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda.
“Saya tiba di Puskesmas jam 07.09 Wita dan langsung mengecek keberadaan petugas, CCTV, serta mewawancarai sejumlah pihak terkait,” ungkapnya.
CCTV dan Keterangan Petugas Jadi Kunci
Hasil sidaknya menunjukkan bahwa memang pada detik pertama kedatangan pasien, ruang IGD dalam kondisi kosong. Namun petugas sebenarnya berada di ruang jaga yang berjarak hanya 20 meter.
“Dari CCTV terlihat bahwa hanya berselang 20 detik sejak keluarga pasien memanggil, petugas datang dan langsung melakukan tindakan medis,” jelas Andy.
Rujukan Terkendala, Pasien Meninggal Dunia
Tim medis sempat berkoordinasi dengan dokter jaga dan melakukan prosedur penanganan sesuai standar operasional. Namun, karena kondisi pasien terus menurun, petugas memutuskan untuk melakukan rujukan ke RSMA Sumbawa. Sayangnya, rumah sakit menyatakan belum bisa menerima karena ruang IGD sedang penuh (overload).
“Proses koordinasi online dengan RSMA memang ada, tapi ini menjadi salah satu titik lemah yang harus dievaluasi, terutama untuk pasien dengan kondisi gawat darurat,” tegas Andy.
Dalam situasi menunggu itu, kondisi Ny. Fatma semakin memburuk hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Hal ini memicu kemarahan pihak keluarga, terutama yang tidak berada di lokasi saat kejadian. Mereka bahkan sempat merusak fasilitas UGD dan mengancam petugas medis.
Berikut poin-poin penting hasil temuannya:
1) Petugas Ada, tapi di Ruang Jaga: Saat pasien pertama kali datang, memang tidak ada petugas di dalam ruang UGD. Namun petugas sebenarnya berada di ruang jaga yang jaraknya sekitar 20 meter.
Setelah dipanggil, mereka datang dalam waktu sekitar 20 detik dan langsung melakukan tindakan.
BACA JUGA : Pengusutan Korupsi Masjid Agung Bima Dihentikan, LAWAN NTB: Ada Anomali Hukum, Publik Butuh Penjelasan
2) Pasien Sudah dalam Kondisi Serius: Saturasi oksigen pasien sangat rendah (60%), dan petugas telah berupaya melakukan penanganan darurat sambil berkoordinasi dengan dokter.
3) Upaya Rujukan Tertunda: Rujukan ke RSMA sudah direncanakan, namun pihak rumah sakit menyatakan belum bisa menerima karena kondisi overload. Selama menunggu, kondisi pasien memburuk hingga akhirnya meninggal dunia.
4) Keluarga Marah, Tapi Anak Pasien Bisa Menerima: Saat kejadian, anak almarhumah berada di lokasi dan menyaksikan langsung penanganan medis. Namun keluarga lain yang datang kemudian emosi dan sempat melakukan perusakan fasilitas UGD.
Andy juga menyoroti sejumlah hal yang perlu dibenahi, seperti:
Evaluasi sistem koordinasi online antar fasilitas kesehatan, khususnya untuk kasus emergency.
Penataan ulang ruang jaga agar lebih dekat dengan UGD.
Peningkatan keamanan lingkungan puskesmas.
Penanganan informasi di media sosial agar tidak menimbulkan kepanikan atau konflik.
“Saya harap semua pihak berhati-hati dalam menyebarkan informasi. Kita harus jaga kondusifitas dan kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan,” tegasnya.
Kasus ini jadi pengingat pentingnya komunikasi, pelayanan yang responsif, dan penyebaran informasi yang bertanggung jawab di era digital.
Dinas Kesehatan Responsif, Janji Evaluasi Sistem Rujukan
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Junaedi, merespons cepat kabar yang berkembang. Dalam keterangan resminya, Kepala Dinas Kesehatan Junaedi menyatakan bahwa pihaknya turut prihatin dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Ia menegaskan, Dinkes telah melakukan klarifikasi dan siap melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem layanan darurat dan rujukan antar fasilitas kesehatan.
“Koordinasi antar puskesmas dan rumah sakit harus diperkuat. Jangan sampai sistem membuat pasien kehilangan kesempatan hidup,” ujar Junaedi.
Pewarta : Ridho
Redaktur : Feryal