banner 728x250

Lombok Timur Bisa Jadi Contoh Transisi Energi Bersih di Indonesia Timur, Tapi Potensinya Masih Terabaikan

banner 120x600
banner 468x60



Oleh: Miharza Irfandi, Mahasiswa Magister Teknik Sistem UGM

banner 325x300

SIAR POST | Indonesia sedang berada di persimpangan jalan penting menuju transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ketergantungan pada energi fosil masih tinggi, padahal dunia telah bergerak cepat ke arah energi terbarukan demi menjawab tantangan perubahan iklim, ketahanan energi, dan pembangunan hijau.

Salah satu wilayah yang menyimpan potensi besar namun belum tergarap optimal adalah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

 

Wilayah ini sebenarnya bisa menjadi contoh ideal bagaimana energi terbarukan dapat dikembangkan secara lokal untuk mendukung kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.

BACA JUGA : Geger di Lombok Tengah, Seorang Ayah Kandung Ditangkap, Setubuhi Anak hingga Melahirkan

Potensi Energi Terbarukan di Lombok Timur

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2023), potensi energi terbarukan Indonesia melebihi 3.600 GW, termasuk energi surya, hidro, angin, bioenergi, panas bumi, dan laut. Di Lombok Timur, potensi energi surya sangat besar dengan intensitas radiasi matahari mencapai 4,5–5,5 kWh/m²/hari.

Ini menjadikannya lokasi strategis untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

 




Namun, pemanfaatan energi tersebut masih minim. Banyak lahan tidur dan atap bangunan publik bisa dimanfaatkan untuk instalasi panel surya.

Kawasan perbukitan juga berpotensi untuk mikrohidro, sementara wilayah pesisir seperti Sambelia dan Jerowaru cocok untuk energi angin dan laut. Potensi bioenergi dari limbah pertanian dan peternakan pun sangat menjanjikan.

Solusi Nyata: Dari Pertanian hingga Kelautan

Salah satu penerapan energi surya yang potensial adalah untuk pengeringan hasil pertanian, terutama tembakau. Selama ini petani masih bergantung pada kayu bakar, yang menyebabkan deforestasi dan polusi. Dengan sistem solar curing dalam ruang tertutup, proses pengeringan bisa lebih efisien dan ramah lingkungan.

Di sisi lain, Bendungan Pandan Dure di Kecamatan Terara memiliki debit air stabil dan bisa dimanfaatkan untuk pembangkit mikrohidro tanpa mengganggu fungsi irigasi.

Wilayah seperti Sembalun, Suela, dan Pringgasela pun memiliki kontur dan sumber mata air yang cocok untuk pengembangan PLTMH.

Untuk kawasan pesisir, kecepatan angin 4–6 m/s memungkinkan penggunaan turbin angin skala kecil, misalnya untuk pompa air dan lampu penerangan jalan. Hal ini sangat membantu nelayan dan masyarakat pesisir dalam meningkatkan kualitas hidup.

Energi dari Limbah: Solusi Ganda untuk Desa

Sektor pertanian menyumbang lebih dari 30% PDRB Lombok Timur (BPS, 2024). Ini membuka peluang besar untuk pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami, tongkol jagung, dan sekam padi menjadi briket atau biogas.

Dengan sistem biogas rumah tangga, konsumsi LPG bisa ditekan sekaligus meningkatkan ketahanan energi keluarga.

Hambatan dan Tantangan

Sayangnya, berbagai potensi ini belum tergarap karena beberapa kendala besar. Pertama, rendahnya literasi energi dan teknologi di masyarakat serta kurangnya kesadaran di tingkat pemerintah daerah.

Kedua, infrastruktur yang belum memadai dan keterbatasan akses permodalan. Ketiga, belum adanya regulasi daerah dan roadmap energi yang berorientasi keberlanjutan.

Tingkat pendidikan pun masih menjadi tantangan. Rata-rata lama sekolah di Lombok Timur baru mencapai 7,12 tahun (BPS, 2023), yang berdampak pada rendahnya kapasitas teknis masyarakat dalam mengelola energi baru terbarukan.

BACA JUGA : Jasad Siswi SD yang Tenggelam di Sungai Lunyuk Akhirnya Ditemukan, Sempat Selamatkan Temannya

Langkah Strategis ke Depan

Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan energi terbarukan harus dilakukan secara sistemik dan kolaboratif. Salah satu strategi efektif adalah membentuk Desa Mandiri Energi yang mengintegrasikan PLTS, PLTMH, biogas, dan sistem smart grid lokal. Desa ini bisa menjadi proyek percontohan bagi daerah lain.

Pemerintah daerah juga perlu menyusun kebijakan insentif seperti subsidi pemasangan panel surya rumah tangga, skema feed-in tariff lokal, serta mendorong kemitraan dengan koperasi energi.

Perbankan lokal seperti Bank NTB Syariah bisa berperan aktif dalam pembiayaan hijau. Sementara itu, kampus seperti Universitas Mataram dan Politeknik Negeri Lombok dapat menjadi pusat pelatihan dan transfer teknologi.

Penutup: Arah Baru untuk Lombok Timur

Lombok Timur memiliki semua syarat untuk menjadi pelopor transisi energi di Indonesia Timur. Potensi besar yang dimiliki harus segera digarap dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis komunitas.

Energi terbarukan bukan hanya soal teknologi, tapi juga jalan menuju kemandirian, pengurangan kemiskinan, dan pembangunan berkelanjutan.

Redaktur : Feryal 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *