banner 728x250

100 Hari Gubernur Iqbal: Ekonomi NTB Anjlok, Ekspor Terjun Bebas, Konsumsi Lesu dan Pariwisata Stagnan

banner 120x600
banner 468x60

ilustrasi foto 

Mataram, SIAR POST – Seratus hari sudah Gubernur Lalu Muhamad Iqbal memimpin Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun alih-alih menunjukkan gebrakan nyata, sejumlah indikator ekonomi justru menunjukkan tren penurunan drastis.

banner 325x300

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap fakta mencemaskan: ekonomi NTB mengalami kontraksi tajam, ekspor runtuh, dan geliat sektor unggulan melemah.



 

Pertumbuhan Ekonomi Anjlok -1,47%

Menurut rilis resmi BPS NTB, pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada Triwulan I-2025 mencatatkan kontraksi sebesar -1,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).

Sektor yang paling terpuruk adalah pertambangan dan penggalian, yang menyusut hingga 30,14%, padahal sektor ini selama ini menjadi tulang punggung perekonomian NTB.

BACA JUGA : Ribuan Massa Cipayung Plus Bima Blokade Jalan Tuntut Pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa, Aksi Jilid 2 Siap Digelar!

Angka ini kontras dengan pertumbuhan positif pada tahun 2024, di mana ekonomi NTB tumbuh sebesar 5,30%, dengan sektor pertambangan justru mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 11,66%. Kontraksi tajam di awal 2025 menjadi sinyal awal lemahnya langkah awal Gubernur Iqbal dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.



 

Ekspor Runtuh 41,05%, Impor Terjun Bebas

Lebih lanjut, BPS juga mencatat bahwa pada Triwulan I-2025, nilai ekspor barang dan jasa NTB anjlok hingga 41,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi pukulan telak bagi sektor perdagangan luar negeri NTB yang sebelumnya tumbuh stabil.

Meski tidak seluruh data resmi menunjukkan angka pasti untuk penurunan impor sebesar 22,43%, namun pada Januari 2025, nilai impor NTB tercatat hanya US$ 38,12 juta, turun 51,74% dibanding Desember 2024. Komoditas utama ekspor seperti perhiasan, olahan ikan, dan buah-buahan nyaris stagnan.

BACA JUGA : Komisi II DPR RI Soroti Dugaan Konspirasi Jahat Oknum BPN dan Hakim PN Sumbawa dalam Kasus Konsinyasi Jalan Samota

Namun sejumlah klaim negatif lainnya, seperti kenaikan pengangguran sebesar 3,22% dan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP), tidak sepenuhnya akurat.

Justru data resmi BPS menunjukkan bahwa NTP NTB naik 2,12% pada Januari 2025, menandakan peningkatan daya beli petani. Begitu pula tingkat pengangguran, yang pada tahun 2024 menunjukkan tren penurunan menjadi 2,73% pada Agustus 2024.



 

Deflasi Beruntun, Konsumsi Lesu

Situasi diperburuk dengan tren deflasi yang terjadi dua bulan berturut-turut di awal 2025. Pada Januari terjadi deflasi sebesar 0,55%, dan berlanjut di Februari sebesar 0,6%. Deflasi yang terus-menerus bisa menjadi sinyal menurunnya daya beli masyarakat dan lesunya aktivitas ekonomi di lapisan bawah.

Pariwisata dan Transportasi Belum Pulih Penuh

Sektor pariwisata dan transportasi yang digadang-gadang menjadi motor pemulihan pascapandemi, juga belum menunjukkan pemulihan konsisten.

Pada Februari 2025, jumlah tamu hotel menurun 15,15% dibanding bulan sebelumnya. Jumlah barang yang dibongkar di pelabuhan juga masih fluktuatif.

BACA JUGA : Dugaan Suap Belasan Juta Untuk Hentikan Demo BBM Ilegal di Sumbawa: Nama Lembaga Integritas dan Oknum Polisi Disebut

Seratus hari pertama Lalu Muhamad Iqbal sebagai Gubernur NTB diwarnai oleh berbagai tantangan ekonomi besar yang belum mampu dijawab secara konkret.

Meskipun beberapa indikator sosial seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan angka kemiskinan menunjukkan perbaikan, namun kontraksi ekonomi dan jatuhnya ekspor menjadi sorotan utama kegagalan awal pemerintahan Iqbal.

Masyarakat NTB kini menunggu bukan sekadar retorika, tapi kebijakan konkret, strategis, dan berpihak pada rakyat kecil. Harapan terhadap “NTB Baru” harus segera dibayar dengan aksi nyata, bukan hanya program-program branding tanpa dampak langsung terhadap ekonomi rumah tangga.

Redaksi___

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *