Mataram, SIARPOST – Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2025 di Kota Mataram kembali menuai kritik tajam.
Bukan hanya karena tingginya antusiasme calon peserta didik, tetapi juga karena munculnya fenomena “jalur tambahan” yang diduga dijadikan celah masuk bagi siswa-siswa “titipan”, meskipun nilai akademik mereka berada di bawah standar penerimaan jalur prestasi.
Polemik ini mencuat setelah sejumlah orang tua siswa yang anaknya berprestasi, merasa dicurangi akibat tergesernya posisi anak mereka oleh siswa-siswa yang masuk melalui jalur tambahan.
BACA JUGA : Dugaan Pencemaran Nama Baik, Bupati Lobar Resmi Dilaporkan ke Polisi
Sejumlah laporan dan keluhan publik di Mataram. Mereka mempertanyakan integritas sistem penerimaan yang dinilai sarat dengan ketidakadilan.
Salah satu orang tua siswa, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menuturkan kekecewaannya kepada media ini. Anaknya, yang sudah belajar keras sejak duduk di bangku kelas 4 SD dengan harapan bisa masuk ke SMP Negeri unggulan seperti SMPN 2 Mataram, justru tidak lolos meski memiliki nilai rapor mendekati angka sempurna.
“Anak saya nilainya di atas 96. Kami berharap bisa lolos jalur prestasi. Tapi ternyata tergeser. Anehnya, justru muncul nama-nama baru di daftar penerimaan tambahan yang nilainya rata-rata 90,” katanya dengan nada getir.
Kondisi ini menyulut kecurigaan adanya praktik titipan dalam penerimaan siswa baru. Dugaan pun mengarah pada sejumlah nama anak dari pejabat publik hingga pengusaha lokal yang masuk melalui jalur tambahan, dengan nilai yang jauh dari standar yang seharusnya diterapkan pada jalur prestasi.
BACA JUGA : Geger di Bima! Suami Grebek Istri Berstatus ASN Bersama Pria Lain, Lapor Polisi soal Dugaan Persetubuhan
Berdasarkan informasi yang dihimpun media ini, standar nilai rata-rata untuk jalur prestasi di SMPN 2 Mataram berada di kisaran 98.
Namun, dari daftar siswa tambahan yang masuk, ditemukan beberapa siswa dengan nilai hanya berkisar 89 hingga 91, tapi tetap dinyatakan diterima. Perbedaan nilai ini dianggap terlalu mencolok dan menimbulkan tanda tanya besar.
“Ini bukan soal anak kami tidak diterima. Ini soal keadilan. Kami rela jika anak kami kalah bersaing secara sehat. Tapi kalau harus kalah karena ada titipan pejabat dan orang dalam, tentu ini mencederai rasa kepercayaan publik,” tegas orang tua lainnya.
Fenomena semacam ini bukan baru sekali terjadi. Namun, kemunculannya di tengah upaya reformasi pendidikan dan keterbukaan informasi justru memperparah ketidakpercayaan publik terhadap sistem seleksi penerimaan siswa baru yang seharusnya transparan dan meritokratis.
Aktivis Perempuan NTB, Yuni Bourhany juga angkat bicara. Ia mendesak Dinas Pendidikan Kota Mataram untuk melakukan audit terbuka terhadap seluruh nama siswa yang diterima melalui jalur tambahan di semua SMP Negeri di Mataram.
BACA JUGA : POBSI Kota Mataram Klarifikasi Isu Pungli: Turnamen Biliar Tetap Gratis, Tak Ada Paksaan 5 Persen
“Kami meminta transparansi data. Kalau ada siswa yang nilainya rendah tapi diterima, tunjukkan dasar pertimbangannya. Jangan sampai publik menduga ini semua hanya permainan titipan,” ujarnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Mataram hingga berita ini diterbitkan belum memberikan klarifikasi resmi atas kontroversi ini, setelah dihubungi tidak menjawab.
Namun sumber internal menyebutkan bahwa jalur tambahan dibuka untuk mengakomodasi “kasus-kasus khusus”, namun tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan “khusus” tersebut.
Kini, masyarakat Mataram menanti langkah tegas dari wali kota dan Dinas Pendidikan. Mereka berharap sistem penerimaan siswa di tahun-tahun mendatang benar-benar menjunjung tinggi prinsip transparansi, akuntabilitas, dan keadilan.
Jalur prestasi seharusnya menjadi ruang apresiasi bagi anak-anak yang bekerja keras, bukan dikalahkan oleh jalur belakang yang dipenuhi kepentingan dan koneksi.
“Pendidikan adalah hak semua orang, tapi ketika koneksi lebih penting dari prestasi, berarti kita sedang menciptakan generasi yang tumbuh dengan luka keadilan,” tutup Yuni.
Redaksi _ Feryal