“Pemerintah harus hadir. Ini bukan hanya soal jalan, tapi soal masa depan anak-anak yang ingin belajar agama. Infrastruktur yang layak adalah bentuk penghormatan terhadap semangat mereka,” kata Yuni Bourhany, perwakilan NTBCare.
Kini, berkat perhatian dari wakil rakyat seperti Iwan Panjidinata, harapan itu mulai terasa nyata. Jalan menuju pondok bukan sekadar akses tanah dan batu, melainkan jembatan menuju ilmu, iman, dan masa depan.
Bagi masyarakat Dusun Padak, doa mereka sederhana: jalan yang layak untuk anak-anak mereka. Jalan yang bisa dilalui tanpa takut tergelincir, jalan yang memudahkan guru datang mengajar, jalan yang menghubungkan harapan dengan kenyataan.
“Kalau jalannya bagus, anak-anak pasti lebih semangat. Kami pun lebih tenang mengantar mereka,” kata salah satu wali santri.
Dan di ujung cerita ini, mungkin tak ada tepuk tangan atau kamera yang menyorot. Hanya anak-anak kecil dengan sandal berlumpur, menapaki jalan menuju cahaya ilmu.
Mereka berjalan menuju pondok sederhana itu, tempat di mana ilmu, iman, dan harapan tumbuh di tengah keterbatasan, dan kini, berkat janji dari seorang wakil rakyat, mungkin sebentar lagi jalan mereka tak lagi berlumpur.
Redaksi | SIAR POST
