‎Kades Akar-Akar Tegaskan Ritual Empas Menanga Mual Jadi Perekat Adat, Syukur, dan Ekonomi Warga



‎Lombok Utara, SIARPOST — Ritual adat Empas Menanga Mual yang digelar masyarakat Desa Akar-Akar di kawasan Menanga Mual (Muara Mual) kembali menegaskan kuatnya peran budaya lokal sebagai penopang identitas, kebersamaan, dan pembangunan sosial masyarakat. Tradisi warisan leluhur ini berlangsung khidmat dan meriah dengan melibatkan ribuan warga dari berbagai wilayah, Rabu 24/12/2025

‎Puncak ritual dihadiri langsung oleh Bupati Lombok Utara Dr. H. Najmul Akhyar, SH., MH bersama Wakil Bupati Kusmalahadi Syamsuri, ST., MT, didampingi unsur Forkopimda KLU, Kepala Dinas Pariwisata KLU Denda Dewi Tresni Budi Astuti, SE., MM, Kepala DP2KBPMD KLU Atmaja Gumbara, SP, para kepala perangkat daerah, tokoh adat, serta undangan lainnya.

‎Dalam sambutannya, Bupati Najmul menegaskan bahwa Ritual Empas Menanga Mual bukan sekadar agenda seremonial, melainkan cerminan nilai-nilai adat yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat. Tradisi ini dinilai memiliki makna strategis dalam menjaga kesinambungan budaya di tengah arus modernisasi dan perkembangan teknologi.

‎“Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur sekaligus pengingat bahwa Lombok Utara dibangun di atas akar budaya yang kuat. Insyaallah ke depan Ritual Empas Menanga Mual akan kita dorong menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah,” ujar Najmul di hadapan tokoh adat dan masyarakat.

‎Lebih lanjut, Bupati Najmul juga menekankan komitmen Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dalam melindungi dan mengakui eksistensi masyarakat hukum adat. Lombok Utara tercatat sebagai satu-satunya daerah di Nusa Tenggara Barat yang secara resmi mengakui masyarakat hukum adat yang tersebar di lima kecamatan dengan total 12 komunitas adat.

‎“Pengakuan ini bukan hanya simbolik, tetapi menjadi dasar perlindungan budaya, adat istiadat, dan tata kehidupan masyarakat yang telah diwariskan secara turun-temurun,” jelasnya.

‎Sementara itu, Kepala Desa Akar-Akar, Budi Priyo Santoso, menjelaskan bahwa Ritual Empas Menanga Mual merupakan tradisi masyarakat Bayan yang memiliki fungsi sosial dan spiritual. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi, ritual ini juga menjadi momentum silaturahmi antarwarga sebelum memasuki masa bercocok tanam.

‎“Kegiatan adat ini dihadiri ribuan masyarakat. Dampaknya tidak hanya pada pelestarian budaya, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal karena UMKM desa turut merasakan manfaat dari keramaian yang tercipta,” ungkapnya.

‎Dengan kolaborasi antara masyarakat adat dan pemerintah daerah, Ritual Empas Menanga Mual kini tidak hanya menjadi simbol kearifan lokal, tetapi juga berpotensi berkembang sebagai kekuatan budaya dan ekonomi yang berkelanjutan bagi Lombok Utara.(Niss)

Exit mobile version