Bima NTB, SIARPOST – Keberadaan PT. Kencana Bumi Utama (KBU) yang melakukan eksploitasi tambang emas di Desa Boke Kecamatan Sape terancam dihentikan, pasalnya keberadaan PT. KBU dinilai tidak mengantongi izin resmi untuk eksplorasi dan eksploitasi.
Kehadiran PT. KBU juga menutup ruang bagi masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari karena warga yang mengais rezeki dari hasil galian manual di sekitar lokasi tersebut sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Limbah yang dihasilkan juga sangat berdampak terhadap kerusakan lingkungan di sekitar. Hal ini mengundang keresahan masyarakat.
Baca juga : BAZNAS Sumbawa Barat Akan Segera Salurkan Bantuan Fakir Miskin FM332 Tahap I
Kepala Desa Boke, Rosmansyir, ST saat diwawancarai di Sape, Kamis (17/6) membenarkan jika kehadiran PT. KBU tidak bisa diterima oleh masyarakat Desa Boke. pasalnya PT. tersebut tidak memiliki izin resmi.
“Saya selaku Kepala Desa Boke menganggap itu bukan PT resmi,” katanya.
Kades juga secara tegas agar Tong yang digunakan untuk pengolahan limbah oleh PT tersebut sesegera mungkin dicabut dari lokasi.
Keberadaan limbah juga, tambah Kades, akan memberikan dampak negatif dan berdampak pada hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan ekosistem lingkungan itu sendiri.
“Untuk itu sesuai musyawarah Desa memutuskan agar tong tersebut secepatnya diturunkan,” tegas Kades.
Kades Rosmansyir juga menyinggung keterlibatan pihak keamanan dari Brimob agar tidak terlalu mengintervensi terlalu jauh dalam aktifitas eksploitasi tambang emas PT. Kencana Bumi Utama, pasalnya PT tersebut juga dianggap belum legal karena tidak mengantongi izin resmi.
Baca juga : Seteluk Tengah Menjadi Desa Tuntas STBM Pilar 4 Tertinggi Dengan Capaian 100%
Ia juga membeberkan bahwa pengelolaan tambang emas oleh Perusahaan, memang harus memiliki izin resmi, antara lain Izin Usaha Pertambangan, izin eksplorasi dan eksploitasi, izin produksi, AMDAL, termasuk izin dari Bupati dan Pemerintah setempat, beber Kades.
Sementara itu masyarakat setempat juga mengaku keberatan dengan kehadiran PT yang nota Bene ingin menguasai wilayah mereka sendiri.
“Kami sekarang tidak punya mata pencaharian akibat kehadiran PT tersebut. Dan PT tersebut menyabotase wilayah kami, ungkap warga,” ungkap salah satu warga yang tidak mau ditulis namanya.