banner 728x250

Kapan Waktu Terbaik untuk Berkurban? Ini Penjelasan Ulama: Kurban Punya Makna Mendalam

banner 120x600
banner 468x60

Pengurus Rukun Keluarga Dompu (RKD) saat menerima Hewan Kurban berupa Seekor sapi, sumbangan dari Wakil Gubernur NTB yang disalurkan melalui Biro Kesra Setda Provinsi NTB. Dok istimewa

Lombok, SIAR POST — Iduladha tinggal menghitung hari. Seperti biasa, semangat berkurban mulai terasa di tengah masyarakat. Namun satu pertanyaan klasik yang kerap muncul setiap tahun adalah: kapan waktu terbaik untuk berkurban? Apakah harus di hari pertama Iduladha, atau bisa diundur hingga hari-hari tasyrik?

banner 325x300



Menurut para ulama dan panduan fikih Islam, waktu penyembelihan hewan kurban dimulai setelah shalat Iduladha pada tanggal 10 Zulhijah dan berakhir pada hari tasyrik terakhir, yaitu 13 Zulhijah.

Artinya, umat Islam memiliki waktu empat hari untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

Namun, kapan sebenarnya waktu yang paling utama?

BACA JUGA : RKD Mataram Berbagi Qurban: Pererat Silaturahmi dan Tebar Keberkahan di Idul Adha

Hari Pertama, Waktu Terbaik

KH. Ahmad Zainul Muttaqin, salah satu pengasuh pondok pesantren ternama di Lombok Tengah, menjelaskan bahwa hari pertama Iduladha setelah shalat Id merupakan waktu yang paling utama untuk menyembelih hewan kurban.

“Itulah momen yang sangat dianjurkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW memulai penyembelihan kurban di hari itu,” ungkapnya.

 



Menurutnya, menyegerakan kurban pada hari pertama menunjukkan semangat ketaatan dan kesungguhan dalam menjalankan syariat Islam. “Bukan sekadar menyembelih hewan, tapi ada makna spiritual yang besar di dalamnya—pengorbanan, keikhlasan, dan solidaritas sosial,” imbuhnya.

Hari Tasyrik Bukan Sekadar Cadangan

Meski hari pertama lebih utama, hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah) bukan berarti pilihan kedua yang dianggap kurang bernilai. Justru, bagi sebagian masyarakat, hari-hari ini memberi fleksibilitas dalam distribusi dan kesiapan teknis, terutama di daerah-daerah yang padat atau terpencil.

“Di beberapa desa, terutama yang jauh dari akses pasar hewan atau rumah potong, hari kedua atau ketiga menjadi waktu yang lebih memungkinkan. Yang penting, selama masih dalam batas waktu syar’i, ibadahnya tetap sah dan berpahala,” jelas Ustazah Maimunah, pengajar fikih di Madrasah Aliyah NW Anjani, Lombok Timur.



Perspektif Sosial: Kurban Sebagai Gerakan Kolektif

Selain aspek fikih, waktu penyembelihan juga berdampak pada distribusi daging kurban ke masyarakat. Di beberapa daerah, panitia kurban sengaja menyebar waktu penyembelihan ke beberapa hari agar distribusi lebih merata dan terorganisir.

Di Kelurahan Dasan Cermen, Mataram misalnya, panitia membagi waktu kurban menjadi tiga hari berturut-turut.

“Hari pertama untuk hewan dari jamaah masjid, hari kedua untuk hewan dari donatur luar daerah, dan hari ketiga untuk cadangan jika ada tambahan. Ini lebih teratur,” kata H. Muzakir, ketua panitia kurban di Masjid Nurul Iman.



Kesimpulan: Bukan Sekadar Waktu, Tapi Nilai

Kapan waktu terbaik untuk berkurban? Jawabannya: sesegera mungkin setelah shalat Iduladha adalah waktu yang paling utama. Tapi esensi dari kurban bukan hanya soal waktu, melainkan niat, kesiapan, dan manfaat sosial yang dibawanya.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, kurban kini dipandang sebagai ibadah multidimensi—yang menyeimbangkan hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia. Dan dalam konteks itu, setiap waktu dalam empat hari kurban adalah kesempatan untuk berbagi, bukan sekadar menyembelih.

Redaksi___

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *