Lombok Utara, SIARPOST — Dari sudut tenang ruang kelas SLB Negeri 1 Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, lahir sebuah karya istimewa: Batik Tau Daya.
Bukan sekadar kain bermotif, tapi simbol semangat, kemandirian, dan inklusi sosial yang digoreskan dengan sepenuh hati oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
Kini, karya batik hasil tangan siswa-siswi difabel ini siap melangkah ke panggung nasional. Dalam waktu dekat, Batik Tau Daya akan tampil di ajang bergengsi Bazar Nusantara Bhayangkari se-Indonesia yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 23 Juli 2025.
Dukungan konkret datang dari Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, yang pada Kamis (5/6/2025) melakukan kunjungan langsung ke SLB Negeri 1 Tanjung.
Dalam kunjungan tersebut, Bhayangkari tak hanya menyampaikan semangat, tetapi juga memesan langsung 10 potong Batik Tau Daya atas nama Ketua Pengurus Daerah Bhayangkari NTB, Ny. Santi Hadi.
“Kami ingin membuktikan bahwa hasil karya anak-anak difabel memiliki nilai seni dan ekonomi yang layak ditampilkan di kancah nasional,” ujar Ny. Heny.
Menurutnya, tampilnya Batik Tau Daya di JCC bukan sekadar soal promosi, tapi juga langkah strategis menuju pengakuan hukum dan perlindungan hak kekayaan intelektual.
“Kami berharap Batik Tau Daya segera memiliki hak cipta, sertifikasi SNI, paten, dan izin edar. Ini penting agar karya luar biasa ini bisa dikomersialisasikan secara sah dan berkelanjutan,” tambahnya.
BACA JUGA : Kapan Waktu Terbaik untuk Berkurban? Ini Penjelasan Ulama: Kurban Punya Makna Mendalam
Simbol Ekonomi Kreatif Inklusif
Batik Tau Daya merupakan bagian dari kurikulum vokasional di SLB Negeri 1 Tanjung. Melalui pelatihan membatik, para siswa tidak hanya belajar teknik seni, tapi juga membangun kepercayaan diri, kedisiplinan, dan keterampilan hidup.
Kepala SLB Negeri 1 Tanjung, Iriyati, menyambut antusias dukungan Bhayangkari. Ia menyebut momen ini sebagai titik balik penting dalam memperkenalkan potensi anak-anak SLB ke level yang lebih luas.
“Kami bangga, Batik Tau Daya bukan hanya dikenal sebagai karya seni, tapi juga sebagai bukti bahwa anak-anak kami mampu menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi,” ungkapnya.
Membuka Jalan Inklusi Nasional
Kehadiran Batik Tau Daya di JCC Jakarta — di hadapan Ketua Umum Bhayangkari Ny. Juliati Sigit Prabowo dan ribuan peserta dari seluruh Indonesia — diyakini akan membawa dampak jangka panjang.
Selain membuka pasar yang lebih luas, ajang ini juga menjadi sarana melawan stigma terhadap difabel.
Lebih jauh, Bhayangkari menegaskan komitmennya sebagai mitra strategis dalam pendidikan inklusif dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
BACA JUGA : Kapan Waktu Terbaik untuk Berkurban? Ini Penjelasan Ulama: Kurban Punya Makna Mendalam
Langkah kecil di Lombok Utara ini bisa menjadi model nasional dalam mengangkat potensi kelompok difabel melalui pendekatan seni dan ekonomi kreatif.
“Dari tangan anak-anak difabel, lahir batik yang tak sekadar kain — tetapi simbol daya, harga diri, dan masa depan inklusif,” pungkas Ny. Heny.
Pewarta : Nissa | Redaktur : Feryal