banner 728x250

Gempa Lombok 2018 Tewaskan 555 Jiwa, Lalu Iqbal Diam, Muncul Saat Pilkada Minta Suara

banner 120x600
banner 468x60

Kondisi korban Gempa Lombok 2018. Dok istimewa

MATARAM, SIARPOST | Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Lombok pada 2018 lalu menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah Indonesia. Sekitar 555 nyawa melayang, dan ratusan ribu rumah mengalami kerusakan, mulai dari rusak berat hingga ringan.

banner 325x300

Masyarakat Lombok hidup dalam bayang-bayang trauma yang mendalam, kehilangan rumah, keluarga, dan harapan. Namun, di tengah semua kepedihan dan kerusakan ini, di mana peran Lalu Muhammad Iqbal?

Lalu Muhammad Iqbal, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) di Kementerian Luar Negeri, memiliki posisi yang strategis dan penting.

Dengan jabatannya, Iqbal memiliki akses dan wewenang untuk melobi bantuan internasional, menggerakkan sumber daya, serta mengkoordinasikan diplomasi kemanusiaan bagi korban gempa Lombok. Namun, yang mencengangkan adalah bahwa Iqbal tak melakukan apa-apa.

BACA JUGA : Pembayaran BPJS Kabupaten Bima Rp17 Miliar Salah Sasaran, BPJS dan Dinsos Bima Saling Lempar

Salah satu tokoh masyarakat di Desa Jenggala Kecamatan Tanjung Lombok Utara, Samsudin saat diwawancarai, Jumat (27/9/2024) mengatakan, di saat ribuan rakyat Lombok menjerit meminta bantuan, Lalu Muhammad Iqbal yang seharusnya berdiri paling depan dalam perjuangan ini memilih untuk bungkam.

“Mengapa seorang pejabat dengan tanggung jawab sebesar itu bisa terkesan acuh tak acuh terhadap bencana besar yang menimpa tanah airnya?,” Ujarnya.

Padahal, tambah Samsudin, Lombok bukan sekadar bagian dari Indonesia yang bisa diabaikan. Itu adalah tempat di mana ratusan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal mereka, di mana anak-anak harus belajar di sekolah darurat, dan di mana para korban harus menjalani hari-hari penuh ketidakpastian tanpa rumah atau keamanan.

“Saat ini Iqbal datang menawarkan diri untuk menjadi pemimpin di NTB. Ingin meminta suar-suara rakyat yang dulunya diabaikan dalam derita tanpa kepedulian,” katanya.

Tidak hanya itu, ketika Iqbal diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Turki pada awal 2019, harapan masyarakat Lombok mungkin sempat tumbuh kembali.

BACA JUGA : Isu NWDI Dianaktirikan Bang Zul, Dijawab Dengan Kemesraan Bersama TGB

Mereka berharap Iqbal akan memanfaatkan jabatannya untuk melibatkan Turki, salah satu negara yang terkenal dengan respons cepatnya terhadap bencana kemanusiaan, untuk membantu Lombok.

Namun, lagi-lagi, yang terjadi adalah kebisuan yang sama. Iqbal tak berbuat apa-apa. Tidak ada upaya diplomasi yang berarti untuk membawa bantuan bagi ribuan korban gempa yang masih berjuang pulih.

 

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa? Mengapa seorang pejabat yang memiliki akses dan kekuasaan memilih untuk diam? Di saat banyak orang di berbagai penjuru dunia berbondong-bondong membantu dengan donasi, doa, dan dukungan.

Iqbal yang seharusnya menjadi jembatan antara Indonesia dan dunia internasional, hanya menyaksikan dari kejauhan tanpa tindakan nyata.

Masyarakat Lombok berhak mendapatkan penjelasan. Mereka berhak mengetahui alasan di balik keheningan seorang tokoh yang seharusnya bisa mempengaruhi perubahan signifikan dalam penanganan bencana. Tindakan (atau ketidaktindakan) Iqbal seharusnya menjadi sorotan dan refleksi bagi para pemimpin kita.

BACA JUGA : Lalu Iqbal Sebut Angka 3 Sebagai Kode Alam Untuk Sebuah Kemenangan

Bagaimana bisa seorang pejabat tinggi memilih untuk tidak bertindak di tengah bencana nasional?

Gempa Lombok adalah panggilan bagi semua pihak untuk bersatu, bekerja sama, dan berempati. Ketika pemimpin diam, rakyat yang menjadi korban.

Apakah ini contoh kepemimpinan yang kita inginkan? Masyarakat Lombok masih menunggu, tidak hanya bantuan, tetapi juga rasa simpati dan aksi nyata dari mereka yang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab.

Di Lombok Utara, sebanyak 466 korban meninggal dunia, 829 korban luka-luka, 134.236 jiwa mengungsi, dan 23.098 rumah rusak akibat gempa. Korban meninggal lainnya di Kota Mataram sebanyak 9 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Timur 31 orang, Lombok Barat 40 orang, KSB 2 orang, dan Sumbawa 5 korban.

(Feryal).

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *