Kapasitas Operasi Smelter Baru 48 Persen, FDJ Harap Kementerian ESDM Tidak Berikan Relaksasi PT AMMAN, Ini Alasannya
Presiden Direktur PT AMNT, Rachmat Makkasau. Dok istimewa
MATARAM, SIAR POST | Koordinator Aliansi Front Pemuda Taliwang (FPT) dan Forum Dinamika Jakarta (FDJ), Muhammad Sahril, meminta kepada Menteri Energi Simber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, agar tidak memberikan relaksasi kepada PT AMMAN Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk kembali mengekspor konsentrat.
Sahril menganggap, bahwa permintaan itu tidak perlu dikabulkan, karena semestinya progres pembangunan smelter sudah rampung dibangun.
“Artinya permintaan relaksasi ini tidak perlu, kalau memang smelter sudah terbangun 100 persen,” ujar Sahril, Minggu (23/2/2025).
BACA JUGA : Satu Rumah Hangus Terbakar, Polsek Maluk Bersama Tim Rescue PT. AMNT dan Masyarakat Bersinergi Padamkan Api
Sebelumnya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menyebut, bahwa kapasitas operasi smelter saat ini baru mencapai 48 persen. Proses pembangunan dan pengoperasian smelter berjalan lebih lambat dari yang diharapkan karena penerapan teknologi baru yang membutuhkan uji coba berkala untuk memastikan kapasitas optimal dapat tercapai dengan cepat.
Dengan kondisi ini, Presiden Direktur PT AMNT, Rachmat Makkasau, mengajukan permohonan relaksasi ekspor konsentrat tembaga, seiring dengan masih terbatasnya kapasitas smelter yang tengah dalam tahap commissioning.
“Proses commissioning ini memerlukan waktu lebih lama karena kami harus sangat berhati-hati. Dengan harapan progresnya bisa berjalan lancar sehingga produk kami dapat terserap maksimal,” ujarnya saat menggelar RDP dengan Komisi XII DPR RI, pada Rabu (19/2/2025).
Itulah penyebab kenapa startup dari pencapaian produksi dari smelter PT AMNT melambat sampai saat ini hanya ada pada kisaran 48 persen. “Banyak tantangan yang kami hadapi, dalam proses ini, tentunya tantangan teknis adalah tantangan terberat,” ujar nya.
Ia mengatakan, sejak mechanical complition selesai pada 31 Mei 2024, pihaknya langsung masuk pada tahapan commissioning, kemudian beberapa fasilitas utama dapat terselesaikan dengan baik.
BACA JUGA : Proyek Pembangunan Gedung DPRD KLU Bermasalah, Kasta NTB Akan Laporkan Oknum PPK dan Kontraktor
Rachmat Makkasau, menyatakan saat ini perusahaan memiliki sekitar 200.000 ton konsentrat yang belum bisa diolah, dan berpotensi mendatangkan pemasukan bagi negara jika beroleh izin untuk diekspor.
“Kami berharap bisa diberikan fleksibilitas dalam ekspor mengingat masih banyak ketidakpastian dalam proses commissioning smelter. Saat ini, kapasitas pengolahan kami baru mencapai sekitar 48 persen,” kata Rachmat.
Sejak mengambil alih tambang dari Newmont pada 2017, Amman Mineral berkomitmen membangun smelter sendiri. Awalnya, smelter dirancang dengan kapasitas 2,6 juta ton, tetapi kemudian disesuaikan dengan produksi Amman sendiri menjadi 900.000 ton.
Total investasi proyek ini mencapai sekitar US$1,4 miliar, termasuk investasi tambahan untuk pembangkit listrik dan fasilitas pendukung lainnya.
Menurut Rachmat, dengan kapasitas operasional yang masih di bawah target, relaksasi ekspor konsentrat tembaga akan membantu menjaga keseimbangan produksi dan operasional.
Tambang Amman Mineral berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, akan menghasilkan produk sebanyak 220.000 ton Katoda tembaga, kemudian produk sampingan yakni sekitar 800 ribu asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak, dan 77 ton selenium.
Luas wilayah izin operasional Amman dikurangi dari 64.000 hektare menjadi 25.000 hektare. Izin operasional perusahaan tambang PT AMNT saat ini, berlaku hingga 2030, dengan opsi perpanjangan hingga 2050.
(Feryal).