banner 728x250

Puluhan Truk Sapi Terlantar di Pelabuhan NTB, Satu Mati Kepanasan: Peternak Desak Gubernur Bertindak

banner 120x600
banner 468x60

 

Mataram, SIAR POST – Menjelang Iduladha 2025, krisis distribusi hewan kurban kembali menghantui NTB. Puluhan truk tronton bermuatan sapi menumpuk berhari-hari di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, dan Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat.

banner 325x300

Tanpa kepastian jadwal kapal dan tanpa fasilitas dasar seperti air bersih, para peternak terpaksa berjibaku menjaga ternak agar tetap hidup.

BACA JUGA : Kasus BPR Soriutu Dompu : Staf Diduga Langgar Aturan Langsung Dipecat, Pelapor yang Juga Terlibat Malah Tidak Disanksi

Satu ekor sapi dilaporkan mati akibat kepanasan dan kelelahan. Sementara puluhan lainnya terancam mengalami nasib serupa.

“Sudah dua hari kami menunggu, sapi-sapi ini stres, tak mau makan. Kami tak bisa terus begini,” keluh Putra, peternak asal Bima, Jumat (18/4/2025).



Krisis Berulang, Pemerintah Diam?

Kondisi ini bukan kali pertama terjadi. Para peternak menyebut peristiwa serupa pernah terjadi tahun lalu, namun hingga kini belum ada solusi konkret. Deretan truk mengular tanpa kepastian, sementara pihak berwenang terkesan tutup mata.

“Gubernur NTB dan Dinas Perhubungan harusnya tanggap. Ini urusan logistik nasional, bukan sekadar antrean biasa,” tambah Putra.

Minim Air Bersih, Sapi-Sapi Menderita

Di tengah suhu yang menyengat, para sopir dan peternak tak hanya kekurangan informasi, tapi juga kekurangan air bersih untuk hewan ternak. Seekor sapi dilaporkan mati di lokasi akibat dehidrasi.

BACA JUGA : Atasi Banjir, Camat Maluk Gandeng PT AMNT Angkat Sedimentasi Saluran Jalan Maluk-Sekongkang

“Benar, sapi itu mati karena kepanasan. Kami susah sekali cari air. Mana tanggung jawab pemerintah?” kata Sadam, peternak lainnya.

Desakan untuk Gubernur: Sediakan Air dan Atur Kapal

Para peternak kini menuntut intervensi langsung dari Gubernur NTB. Mereka mendesak penyediaan fasilitas darurat di pelabuhan seperti pasokan air bersih dan area istirahat bagi hewan. Selain itu, mereka meminta sistem antrean kapal yang adil dan transparan.

“Kami datang dari jauh bukan untuk mengadu nasib di pelabuhan. Pemerintah harus hadir, bukan hanya saat panen pujian, tapi juga saat rakyat menderita,” tegas Putra.

Pewarta : Ridho
Redaktur : Feryal

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *