Foto Kolase Yoansika Christoforus
Head Coach Peta Academy (tengah), Ronny Dzakwan (kiri), dan Pebrian Pranata (kanan)
MATARAM, SIAR POST – Di tengah dominasi pemain muda dari Jawa dan kota-kota besar di Indonesia, dua bocah asal Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), berhasil menorehkan prestasi membanggakan.
Mereka adalah Ronny Dzakwan Ismail dan Pebrian Pranata, dua pemain muda binaan Peta Academy yang sukses menembus Persija Academy—akademi elite milik klub legendaris Indonesia, Persija Jakarta.
Kabar ini menjadi angin segar dan sekaligus jawaban bagi mereka yang selama ini bertanya: “Bisakah anak NTB bersaing di level nasional?” Jawabannya, bisa! Dan mereka sudah buktikan.
___
Bukan Anak “Titipan”, Mereka Lolos Lewat Seleksi Ketat
Setiap tahun, Persija Academy membuka seleksi terbuka bertajuk Persija Talent Scouting, ajang pencarian bakat muda dari seluruh Indonesia.
Pada seleksi terbaru, Ronny dan Pebrian datang bersama rombongan dari Peta Academy.
“Seleksi berlangsung tiga hari. Banyak anak dari berbagai daerah ikut. Tapi pelatih dan talent scout Persija melihat ada sesuatu yang spesial dari dua anak ini. Mereka punya kualitas dan attitude yang menonjol,” jelas tim pelatih dari Peta Academy.
Atas pencapaian itu, keduanya bukan hanya diterima sebagai siswa Persija Academy, tapi juga diberikan beasiswa sebesar 30% dari total biaya pendidikan dan pelatihan sebesar Rp75 juta.
___
Profil Singkat Dua Bintang Muda NTB
1. Ronny Dzakwan Ismail
Tempat/Tanggal Lahir: Sumbawa Barat, 13 November 2010
Kompetisi yang Pernah Diikuti:
Top Soccer Championship
Soeratin DKI Jakarta U-15
Persija Intercup
Tur Jawa Timur (lawan Arema, Deltras, Persebaya)
Saat ini: Persiapan Liga Top Skor 2025
2. Pebrian Pranata
Tempat/Tanggal Lahir: Sumbawa Barat, 15 Februari 2010.
Kompetisi yang Pernah Diikuti:
Liga Top Soccer
Soeratin DKI Jakarta U-15
Persija Intercup
Tur Jawa Timur
Turnamen berikutnya: Liga Top Skor.
BACA JUGA : Tragis! Pemuda di Lombok Utara Ditemukan Gantung Diri di Pohon Mente Saat Acara Pernikahan
Keduanya kini tergabung dalam tim Persija 11, salah satu kelompok di bawah struktur pembinaan Persija yang mempersiapkan pemain menuju elite pro dan bahkan seleksi tim nasional.
___
Filosofi Peta Academy: Bukan Sekadar Main Bola
Peta Academy bukan sekolah sepak bola biasa. Di sini, para pemain muda ditempa bukan hanya untuk kuat secara fisik, tapi juga cerdas secara taktik dan mental.
“Anak-anak kami dibentuk untuk bermain cerdas. Mereka belajar kapan harus pakai kecepatan, kapan pakai kekuatan, dan bagaimana membaca permainan,” jelas pelatih utama Peta Academy.
___
NTB Punya Potensi, Tinggal Perlu Arah dan Dukungan
Prestasi Ronny dan Pebrian seharusnya membuka mata banyak pihak, bahwa NTB bukan sekadar “daerah pinggiran” dalam urusan sepak bola.
Daerah ini menyimpan banyak bakat yang, jika diasah dengan baik, bisa menembus panggung nasional bahkan internasional.
“Kita di NTB sebenarnya tidak kalah dari daerah lain. Skil anak-anak kita bisa diadu. Tapi yang masih jadi PR besar adalah pemahaman taktik, kekuatan mental, dan fasilitas latihan. Itulah yang sedang kami perjuangkan lewat Peta Academy,” kata pengurus akademi.
BACA JUGA : Kasus Warisan Digiring ke Pidana, Polresta Mataram Kalah di Praperadilan
Saat ini, selain Ronny dan Pebrian, ada pula tiga pemain muda Sumbawa Barat lainnya yang sedang menimba ilmu di sekolah sepak bola Sleman lewat program beasiswa dari AMNT. Satu berasal dari Seteluk, dua lainnya juga alumni Peta Academy.
___
Menuju Pemain Profesional
Tujuan besar dari pembinaan ini bukan hanya agar mereka bisa ikut kompetisi, tapi benar-benar menjadi pemain profesional.
Jika terus menunjukkan perkembangan, Ronny dan Pebrian berpeluang dikontrak sebagai pemain Persija U-15, dan pada tahap selanjutnya, masuk tim utama atau bahkan tim nasional Indonesia.
“Mereka kami targetkan dua tahun di akademi ini. Kalau sudah masuk EPA ( ELITE PRO ACADEMY), peluang mereka dikontrak sebagai pemain profesional makin besar,” jelas pelatih mereka.
___
Kisah Ronny dan Pebrian adalah kisah kerja keras, pengorbanan, dan keyakinan. Di usia 14-15 tahun, mereka sudah harus meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan teman-teman demi mimpi besar: menjadi pemain top Indonesia.
“Sepak bola itu bukan hanya soal bakat. Tapi juga pengorbanan. Dan dua anak ini sudah buktikan bahwa dengan tekad, anak NTB pun bisa bersaing di panggung nasional,” tutup pelatih Peta Academy.
____
Catatan Redaksi:
Kisah ini seharusnya menyemangati banyak pihak—pemerintah daerah, pelatih SSB, dan orang tua di NTB—bahwa bakat saja tidak cukup. Butuh sistem, visi, dan arah yang jelas agar talenta sepak bola NTB bisa tumbuh dan bersinar. Dan Peta Academy membuktikan bahwa jalan itu ada dan bisa dilalui.
Pewarta : Ridho | Redaktur : Feryal