Raffi Ahmad, Gading Marten, Ariel NOAH, dan Desta saat kunjungi Bima NTB. Dok istimewa
MATARAM, SIAR POST | Tak banyak yang tahu, di balik kehadiran Raffi Ahmad, Gading Marten, Ariel NOAH, dan Desta ke Bima, NTB, ada sosok putra daerah yang jadi penggeraknya—Rigen Rakelna.
Bagi yang sudah lama tak menonton televisi, nama Rigen mungkin terdengar asing. Tapi di dunia hiburan, ia adalah figur serba bisa: komedian, aktor, presenter, sekaligus penyanyi. Namanya melejit setelah menjuarai Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim kelima tahun 2015.
Sejak itu, kariernya terus menanjak, membintangi berbagai film, termasuk Miracle in Cell No. 7 dan Kang Mak.
BACA JUGA : Ekonomi NTB Terpuruk Akibat Mandeknya Ekspor Tambang: Pemerintah Pusat Didesak Segera Buka Keran Ekspor
Baru-baru ini, Rigen membuat gebrakan. Ia sukses memboyong grup The Dudas Minus One yang terdiri dari Raffi Ahmad, Gading Marten, Ariel NOAH, dan Desta—ke kampung halamannya di Bima.
Ini bukan sekadar reuni sahabat atau liburan artis, tapi langkah strategis yang bisa menjadi batu loncatan besar bagi promosi pariwisata Bima.
The Dudas dikenal luas di jagat hiburan Indonesia. Keempatnya adalah figur publik dengan pengaruh luar biasa di media sosial. Satu unggahan mereka bisa menjangkau jutaan orang. Kehadiran mereka di Bima adalah “endorsement” tak ternilai bagi tanah Mbojo.
Lebih dari itu, posisi Raffi Ahmad sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni menjadi nilai tambah tersendiri. Bukan tidak mungkin, suara tentang Bima akan sampai langsung ke meja Presiden RI.
Bima bukan wilayah biasa. Ia adalah surga tersembunyi di timur Indonesia. Dari pantai merah muda Lambu, pulau kelapa yang eksotis, Gunung Tambora yang legendaris, hingga laut terbelah Lariti yang sering disebut sebagai jalannya Nabi Musa, potensi wisatanya nyaris tak ada habisnya.
BACA JUGA : Koalisi Aktivis Lombok Ancam Blokade Pelabuhan Kayangan jika Aksi di Poto Tano Tetap Dilakukan
Bukan cuma alam, warisan sejarah dan budaya Bima juga luar biasa. Ada Uma Lengge yang tahan zaman, situs megalitik Parado yang bikin penasaran, prasasti Wadu Pa’a yang merekam jejak Hindu-Buddha, serta peninggalan kolonial dan penyebaran Islam awal. Ini adalah kekayaan yang siap dikemas untuk dunia.
Secara geografis, Bima berada tak jauh dari Taman Nasional Komodo, salah satu situs warisan dunia UNESCO. Jejak sejarahnya pun erat dengan masa kejayaan Kesultanan Bima—yang akan dikupas lebih dalam di tulisan terpisah.
Dengan promosi yang tepat, peningkatan akses, amenitas yang memadai, dan SDM yang siap, Bima sangat mungkin menjadi destinasi unggulan nasional bahkan internasional.
Di tengah upaya itu, kehadiran sosok seperti Rigen Rakelna adalah berkah. Ia punya jaringan, pengaruh, dan yang terpenting: rasa cinta yang tulus pada tanah kelahirannya.
Membawa The Dudas ke Bima bukan hanya langkah personal, tapi kontribusi nyata yang berdampak besar. Ini adalah bentuk nyata bagaimana seorang anak daerah bisa membuka pintu dunia untuk kampung halamannya.
Bima patut berbangga. Dari panggung stand-up hingga panggung promosi nasional, Rigen Rakelna membuktikan bahwa pulang kampung bisa jadi langkah menuju masa depan yang lebih gemilang.
(Lombokfriendly)