banner 728x250

PKC PMII Bali-Nusra Mandek: Ketika Organisasi Kader Hanya Sibuk tapi Tak Bergerak

banner 120x600
banner 468x60

Denpasar, SIARPOST – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dikenal sebagai organisasi kader yang lahir dari rahim perjuangan, bukan biro jasa diskusi apalagi klub elite yang hanya pamer dokumentasi. Namun, di wilayah Bali-Nusa Tenggara (Bali-Nusra), wajah PKC PMII saat ini justru dipertanyakan.

banner 325x300



Sejak Konferensi Koordinator Cabang (Konkorcab) selesai dengan mulus pada Februari 2025 lalu, tak ada geliat yang menunjukkan gerakan hidup. Pelantikan pengurus? Masih tanda tanya besar.

BACA JUGA : Geger di Bima! Suami Grebek Istri Berstatus ASN Bersama Pria Lain, Lapor Polisi soal Dugaan Persetubuhan

Minimnya dinamika ini mengundang berbagai dugaan. Apakah PKC masih sibuk membagi kursi jabatan? Atau tengah menyusun kabinet seperti perdana menteri, menimbang mana posisi yang strategis dan mana yang hanya simbolik? Apa pun jawabannya, yang jelas adalah: arah organisasi kini seperti kehilangan GPS.

Padahal, Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PMII telah menegaskan bahwa Surat Keputusan (SK) kepengurusan wajib diajukan paling lambat dua bulan setelah Konkorcab.



Namun hingga bulan keenam, SK belum juga terlihat, pelantikan belum digelar, dan konsolidasi struktural pun tak terdengar gaungnya.

Ketua terpilih PKC, yang sebelumnya dielu-elukan sebagai kader unggulan, kini justru nyaris tak terdengar suaranya. Selain menggelar dialog dengan segelintir tokoh pemerintah, tidak ada kegiatan yang menyentuh akar rumput. Tidak ada ruang bersama untuk mengevaluasi kaderisasi. Tidak ada inisiatif untuk menanyakan hal mendasar: “PMII mau dibawa ke mana?”

Ironisnya, agenda-agenda yang digelar PKC hari ini justru lebih banyak menjadi panggung diplomatik ketimbang ruang pembinaan kader. Tentu tidak salah menggandeng stakeholder strategis.

BACA JUGA : Pemilik Biliar di Mataram Geram: Diduga Dipalak Oknum POBSI, Fun Match Diancam Batal

Tapi jika itu satu-satunya kebanggaan, maka PMII di tingkat PKC bisa saja berubah jadi klub diskusi elitis yang kehilangan denyut perjuangan dari bawah.

Kaderisasi kacau, gerakan intelektual mandek, evaluasi cabang pun absen total.

Jika pola ini terus berlanjut, jangan salahkan jika kader-kader di tingkat bawah mulai kehilangan kepercayaan. Jangan heran jika suatu hari mereka enggan hadir di acara PKC, karena merasa hanya jadi figuran demi konten dokumentasi.



PMII bukan tempat menitip kepentingan. Bukan panggung dokumentasi. PMII adalah rumah besar perjuangan intelektual dan kaderisasi. Dan rumah itu sedang menunggu untuk dipimpin secara nyata, bukan hanya dipajang dalam baliho kegiatan.

Yang mendesak saat ini bukan membuat acara mewah, melainkan segera melantik pengurus, menata ulang kaderisasi, dan menghidupkan kembali semangat gerakan. Jika ini tak segera dilakukan, maka yang mati bukan hanya struktur, tapi juga semangat kader di bawah yang telah lama menanti arah.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *