“Saya merasa terpanggil karena banyak sahabat dan senior menyampaikan keprihatinan tentang PWI NTB. Organisasi ini harus kembali ke jalur profesionalisme dan integritas. Marwahnya harus dikembalikan,” tegasnya.
Ia menilai PWI NTB selama ini kehilangan daya inovasi dan komunikasi. Ketimpangan antara pusat dan daerah, kurangnya pelibatan generasi muda, hingga minimnya adaptasi teknologi menjadi sorotan utama.
Kepemimpinan Kolektif Kolegial: Bukan Satu Figur, Tapi Satu Gerakan
Sebagai jawaban atas tantangan itu, Lop menawarkan konsep kepemimpinan “kolektif kolegial.” Artinya, semua pengurus harus berperan aktif. Tidak ada dominasi tunggal. Setiap kebijakan organisasi harus melalui musyawarah dan keterlibatan.
“Saya ingin pengurus harian PWI ke depan tidak hanya jadi pelengkap struktural. Semua harus punya peran dan fungsi. Harus aktif, harus ada kontribusi nyata,” ujarnya.
BACA JUGA : POBSI Kota Mataram Klarifikasi Isu Pungli: Turnamen Biliar Tetap Gratis, Tak Ada Paksaan 5 Persen
Visi besarnya:
“Semangat Kolektifitas Membangun PWI NTB yang Berkualitas.”
Program Strategis: Tiga Pilar Perubahan
1. Penguatan Kapasitas Anggota dan Kesejahteraan
Pelatihan jurnalistik, literasi digital, jurnalisme data, keamanan siber, hingga pelatihan daring berbasis platform PWI. Ia juga akan memperkuat advokasi hukum dan keselamatan wartawan.
2. Solidaritas Lintas Generasi dan Daerah
Membangun komunikasi antaranggota di semua kabupaten/kota. Menghidupkan kembali PWI di daerah-daerah dengan program nyata dan kaderisasi yang adil.
3. Transformasi Digital
Mengintegrasikan teknologi ke dalam sistem kerja dan manajemen organisasi. Menyediakan kanal distribusi digital resmi bagi anggota. Meningkatkan pemahaman terhadap SEO, AI, algoritma, dan tools digital lainnya.
Konsolidasi ke Daerah dan Aspirasi Akar Rumput
Selama beberapa bulan terakhir, Lop aktif melakukan safari organisasi ke berbagai daerah di NTB: Lombok Timur, KLU, Mataram, Bima, Dompu, Sumbawa, hingga KSB.
Di setiap kunjungan, ia tidak datang sebagai calon yang kampanye, tapi sebagai sahabat sejawat yang mendengar dan mencatat. Ia menghimpun aspirasi, kritik, dan harapan anggota. Semuanya menjadi bahan rancangannya membentuk PWI masa depan.
“Kalau saya terpilih, suara-suara itu tidak akan saya lupakan. Mereka akan jadi kompas arah kebijakan PWI ke depan,” ucapnya mantap.
BACA JUGA : Tender SPAM Lombok Barat Diduga “Dikunci” untuk Pemenang Tertentu, KUAT NTB Siap Laporkan ULP-Pokja ke Polda