banner 728x250

Usai Penemuan Ulat di Makanan Program MBG, Siswa SMP di Sumbawa Keluhkan Rasa Hambar

Ilustrasi Makanan Bergizi di Kota Mataram. Dok istimewa

banner 120x600
banner 468x60

Sumbawa, SIARPOST – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto kembali menuai sorotan. Setelah sebelumnya ditemukan ulat di makanan siswa SMPN 1 Empang, kini sejumlah siswa juga mengeluhkan rasa makanan yang hambar dan monoton.

Seorang siswa SMPN 1 Empang mengaku makanan MBG tidak menggugah selera. “Rasanya agak hambar, jadi kurang menggugah nafsu makan. Walaupun sehat, minimal ada sedikit penguat rasa biar tidak hambar,” keluhnya kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

banner 325x300

BACA JUGA : Harga LPG 3 Kg di Empang Hingga Rp35 Ribu, Warga Minta Pangkalan Ditindak

Keluhan serupa disampaikan orang tua murid. Menurut mereka, anak-anak sudah terbiasa dengan cita rasa masakan rumah yang lebih kuat.

“Kalau terlalu hambar, anak-anak jadi kurang nafsu makan. Tidak harus berlebihan, tapi setidaknya ada variasi dan rasa yang menggugah selera,” ujar salah satu wali murid.

Mereka juga berharap menu MBG tidak monoton. “Jangan hanya ayam, tahu, dan tempe. Sesekali bisa ditambahkan ikan laut atau menu lain supaya anak-anak lebih semangat makan,” tambahnya.

Kasus Penemuan Ulat Masih Membekas

Sebelumnya, pada Jumat (12/9/2025), seorang siswa menemukan ulat kecil di dalam potongan wortel yang disajikan dalam menu MBG. Kepala SMPN 1 Empang, Syafrudin, membenarkan kejadian tersebut.

“Memang ada ulat di satu wortel, tapi hanya ditemukan di makanan satu anak saja, dan ulatnya sudah mati. Kami sudah laporkan ke pihak dapur penyedia makanan,” jelasnya.

Koordinator MBG sekolah, Evi menegaskan bahwa pihak penyedia sudah meminta maaf dan berkomitmen meningkatkan kualitas pengolahan makanan. “Ini jadi bahan evaluasi agar tidak terulang. Kami akan lebih teliti,” katanya.

BACA JUGA : Serangan Hama Ulat. Pemda KSB Lakukan Identifikasi dan Pencegahan Penyebarannya.

Namun, kejadian itu memicu keresahan para orang tua. Mereka menilai pengawasan harus lebih ketat dan tidak bisa hanya diserahkan pada penyedia makanan. “Kalau ada sayur seperti sawi, kol, atau wortel, memang rawan ada ulat. Jadi harus diperhatikan betul. Pengawas jangan disatukan dengan suplier, biar lebih teliti,” tegas seorang wali murid.

Program MBG sendiri merupakan program unggulan pemerintah pusat yang bertujuan meningkatkan gizi siswa sekolah dasar hingga menengah.

Namun, kasus penemuan ulat dan keluhan rasa makanan yang hambar membuat sebagian orang tua khawatir kepercayaan masyarakat terhadap program ini bisa terkikis.

“Kesehatan anak-anak itu taruhannya. Kami berharap pemerintah daerah, sekolah, dan pihak penyedia lebih serius menjaga kualitas makanan,” tutup salah satu orang tua siswa.

Pewarta : Edo | Editor : SIAR POST

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *