Sumbawa, SIARPOST – Ketersediaan pakan ternak menjadi tantangan utama bagi peternak rakyat, terutama ketika musim kemarau tiba. Kekurangan hijauan membuat biaya pemeliharaan meningkat, bahkan berdampak pada penurunan produksi daging dan susu.
Menjawab persoalan ini, Pemerintah Desa bersama UPT Proskeswan Empang dan Terano mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pakan fermentasi berbahan dasar jerami serta jagung di Dusun Tero.
Pelatihan ini menghadirkan Qori Baladewa, SPT, Kepala UPT Proskeswan Empang dan Terano, yang memberikan pemahaman teknis sekaligus praktik lapangan.
Ia menegaskan bahwa fermentasi pakan ternak adalah inovasi sederhana namun sangat bermanfaat bagi peternak di desa.
“Dengan memanfaatkan jerami, tongkol jagung, dan limbah pertanian lainnya, peternak bisa menghasilkan pakan fermentasi yang lebih tahan lama, lebih bernutrisi, dan mampu mengurangi ketergantungan pada pakan hijauan segar. Hal ini sangat membantu saat musim kering ketika rumput sulit didapatkan,” jelas Qori Baladewa.
Manfaat Pakan Fermentasi untuk Ternak
Pakan fermentasi memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pakan biasa. Beberapa manfaat utama yang dijelaskan dalam pelatihan ini antara lain:
- Meningkatkan Nutrisi Ternak
Proses fermentasi mampu memecah serat kasar sehingga lebih mudah dicerna ternak. Hasilnya, kandungan protein, vitamin, dan mineral dalam jerami atau jagung lebih optimal terserap.
- Menghemat Biaya Produksi
Peternak tidak perlu membeli pakan tambahan dalam jumlah besar. Dengan memanfaatkan limbah pertanian sekitar, biaya pakan bisa ditekan hingga 30–40 persen.
- Memperpanjang Daya Simpan
Jerami yang difermentasi bisa disimpan berbulan-bulan tanpa berjamur atau rusak. Ini memberi solusi saat musim kemarau panjang.
- Meningkatkan Produktivitas Ternak
Ternak yang mengonsumsi pakan fermentasi cenderung lebih sehat, cepat gemuk, dan memiliki daya tahan tubuh lebih baik. Hal ini berpengaruh pada peningkatan kualitas daging maupun susu.
- Ramah Lingkungan
Limbah pertanian yang biasanya dibakar kini bisa dimanfaatkan, sehingga mengurangi pencemaran sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan.
Kolaborasi Desa untuk Ketahanan Pangan
Selain pakan fermentasi, peserta juga dilatih membuat pupuk organik dari kotoran ternak. Hal ini menciptakan siklus pertanian-peternakan yang saling mendukung: kotoran hewan menjadi pupuk, hasil pertanian menjadi pakan ternak.
Kegiatan yang didanai dari anggaran desa ini diikuti oleh puluhan peternak setempat. Pemerintah desa menegaskan komitmennya untuk terus mendukung program seperti ini sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan di tingkat lokal.
“Kegiatan ini sejalan dengan program Presiden tentang swasembada pangan dan daging. Jika ketersediaan pakan terjamin, peternakan rakyat bisa tumbuh dan kita tidak lagi bergantung pada impor daging,” tambah Qori Baladewa.
Harapan untuk Peternak Lokal
Melalui pelatihan ini, para peternak di Dusun Tero diharapkan tidak lagi kesulitan menyediakan pakan saat musim paceklik. Dengan pengetahuan tentang fermentasi, mereka bisa lebih mandiri, produktif, dan berdaya saing.
Harapannya, inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi Dusun Tero, tetapi juga bisa direplikasi di desa-desa lain di Sumbawa dan NTB. Dengan demikian, upaya swasembada daging nasional dapat tercapai melalui langkah-langkah sederhana yang dimulai dari desa.
Pewarta : Edo | Editor : Feryal