Sumbawa, SIARPOST – Sukses dan luarbiasa, itulah gambaran dan kata yang dapat diungkapkan untuk mengapresiasi anak muda yang tergabung Organisasi Pemuda TaPangPas Kabupaten Sumbawa pada gelaran Sumawa Exhibition pentas seni budaya dan pameran UKM yang dilaksanakan di pantai Ai Lemak Sumbawa, Minggu (25/10).
Dalam event ini, bukan saja pentas seni dan UKM yang tampil, namun terdapat wisata sejarah yang jarang diketahui dan dikunjungi.
Wisata sejarah yang ditampilkan dalam pameran UKM Samawa Exhibition adalah peninggalan jejak masa purbakala berupa sarkofa atau biasa di sebut kuburan batu Ai Renung, ini adalah peninggalan bersejarah berupa kuburan batu.
Kuburan batu atau peti batu menjadi situs prasejarah yang dapat dilihat di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kami berterimakasih kepada panitia event Samawa Exhibition yang telah membantu kami dan memberi wadah untuk bagaimana industry dan wisata yang ada di desa kami dapat dikenal oleh masyarakat,” kata Faisal, seorang pelaku wisata daan UMKM Desa Batu Tering, Minggu (25/10).
Ia yakin bahwa banyak sejarah dan produk dari desa-desa yang belum begitu massif diekspose karena terkendala ruang pergerakan dan akses.
“Dengan adanya event ini semoga dapat memberikan ruang bagi kami untuk memiliki akses sehingga masyarakat tau dan belajar sejarah,” harapnya.
Untuk menuju ke kawasan wisata bersejarah tersebut, pengunjung harus menempuh perjalanan 30 kilometer dari kota Sumbawa menuju Desa Batu tering. Setelah, Anda tiba di Desa Batu Tering, kemudian pengunjung berjalan lebih kurang 4 kilometer menuju lokasi perbukitan, setelah tibah di kaki bukit, Anda harus berjalan kaki sejauh 700 meter untuk tiba ke sarkofagus.
Pasangan Calon Bupati Sumbawa, Jarot saat ditemui di lokasi event sangat mengapresiasi Samawa Exhibition, Ia adalah satu-satunya Paslon yang memberikan perhatian kepada anak muda dalam mengembangkan kreatifitas dan potensinya.
Baca juga : Samawa Exhibition Wadah Kreatifitas Seni Budaya dan UKM, Jarot : Senyum Anak Muda Masa Depan Sumbawa
“Saya melihat yang ada di Batu Tering sangat unik dan memiliki nilai sejarah yang tinggi,” katanya.
Ia mensuport bagaimana sejarah ini dapat dikenal oleh orang banyak bahkan dari luar Sumbawa sehingga ke depan akan menjadi spot wisata yang akan bermanfaat bagi masyarakat lokal yang pasti bermuara pada peningkatan pendapatan.
“Artinya, kita harus sama-sama berbuat untuk daerah ini agar Sumbawa ke depan lebih maju lagi,” katanya.
Selain wisata sejarah, Batu tering juga memiliki industry rumahan Abon Cabe yang diproduksi oleh pemuda-pemuda di desa tersebut.
Abon cabe ini juga bagian dari sejarah, karena nenek moyang dulu mengolah cabe menjadi Abon Cabe sehingga cabe tidak mudah busuk.
“Abon cabe ini bisa bertahan sampai satu tahun, dan yang pasti irit dalam biaya dan higienis,” katanya.
Ke depan ia ingin membesarkan bisnis ini dan berharap event seperti ini ada setiap tahun bahkan dua kali setahun.
“Semakin sering dilaksanakan maka semakin bagus promosi dan hasilnya maksimal,’ katanya.
Baca juga : Pentas Seni dan Pameran UKM Sukses Digelar, Samawa Exhibition Berhasil Bius Warga Sumbawa
Di event ini juga ada makanan yang bergizi tinggi yang diolah secara baik menjadi sebuah kuliner sehat dan enak yaitu Puding dan stik kelor.
Kuliner ini dibuat oleh seorang wanita pemuda pelopor kabupaten Sumbawa tahun 2020 asal Desa Berora Kecamatan lape, Nining Khairunisa yang akrab dipanggil Icha.
Awalnya ia tergerak untuk membantu menekan angka Stunting pada anak yang sangat tinggi pada 2016 di Kecamatan Lape. Sehingga ia berinisiatif mengolah daun kelor yang bergizi tinggi menjadi sebuah kuliner yang enak disantap.
“Saya buat ini awalnya gak diterima tetapi lama-lama orang mulai mengapresiasi,” ungkapnya.
Daun kelor ini rekomendasi dari WHO sebagai sayur yang mengandung dua kali lipat dari sayur biasanya, tambah Icha, ia tertarik untuk membantu pemerintah untuk menyelasaikan masalah Stunting tersebut.
Baca juga : Hari Pertama Operasi Zebra Rinjani 2020, Satlantas Polres Sumbawa Jaring 21 Pelanggar Lalu Lintas
“Kalau kita bisa kenapa kita harus tunda, selain murah, daun kelor juga mudah didapat,’ kata Icha yang mengaku akan mendahulukan membantu pemerintah dari pada membangun bisnis kuliner daun kelor.
Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, stik kelor dijual seharga Rp10 ribu per 100 gram sementara pudding kelor hanya Rp 5.000.
Olahan daun kelor yang dibuatnya tidak lain adalah untuk membangun minat anak-anak untuk mengkonsumsi kelor tetapi dibuat menjadi bentuk lain yang lebih enak dan nikmat untuk disantap.
Ia berharap dari event ini dapat memperkenalkan usahanya untuk menekan angka stunting di Sumbawa, karena keinginannya adalah menyebarkan ilmu ini kepada seluruh daerah sehingga anak-anak Sumbawa tumbuh dengan sehat.
“Saya apresiasi event ini, ditambah lagi yah kegiatannya dua atau tiga kali setahun namun dengan tema yang berbeda-beda,” katanya sambil tersenyum.