banner 728x250

Capai Tingkat Kelahiran Ternak Sapi Tertinggi di Indonesia, NTB Dapat Penghargaan

banner 120x600
banner 468x60

/Dukungan Petugas Paramedik dan Inseminator Sukseskan Program SiKomandan

Mataram – Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu mendapat penghargaan dari Kementerian Pertanian RI, sebagai salah satu provinsi yang paling tertinggi meningkatkan kelahiran ternak sapi pada tahun 2021.

banner 325x300

NTB masuk lima besar provinsi paling tertinggi tingkat kelahiran sapi dan mampu mengalahkan Sulawesi Selatan yang memiliki populasi sapi yang lebih banyak.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTB beberapa waktu lalu, di Mataram bersyukur dengan pencapaian yang telah dicapai NTB ini.

Provinsi yang masuk lima besar kelahiran ternak sapi tertinggi di antaranya, Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara dan NTB.

Baca juga : Balai Inseminasi Buatan Banyumulek, Penyumbang PAD Terbesar di NTB

Terpisah, Kepala UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB) Banyumulek, Muhammad Nur, menjelaskan, pencapaian ini berhasil diraih atas program dari Kementerian Pertanian yaitu Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SiKomandan) yang dijalankan dengan baik oleh NTB.

“Kita sudah melebihi target, dari target 83.450 ekor, kita berhasil mencapai 123.000 ekor kelahiran di tahun 2021 ini,” katanya Muhammad Nur saat ditemui di Banyumulek, Kamis (31/12).

Ia menjelaskan, pada tahun 2022 mendatang, kelahiran di NTB ditargetkan sekitar 110.000 kelahiran dari 110 apsektor atau induk sapi produktif. Dengan harapan target itu akan tercapai.

Kepala UPTD Balai Inseminasi Buatan (BIB) Banyumulek, M Nur (tengah) foto bersama Ketua DPW Media Independen Online Provinsi NTB, Feryal Mukmin (kiri), Ketua DPW Paravetindo (Paramedik Veteriner dan Inseminator Indonesia) NTB, Sukmariadi, (kedua kiri) di UPTD BIB Banyumulek, Kamis (30/12).

Ada tiga komponen penting dari program SiKomandan, tambah M Nur, yaitu Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, dan Pelaporan Kelahiran.

Dari tiga rangkaian tersebut, yang paling penting adalah bagaimana mendapatkan peningkatan Populasi dari proses perhitungan kelahiran.

“Sekitar 80 persen dari hasil pemeriksaan kebuntingan wajib lahir,” tuturnya.

Pencapaian tingkat kelahiran tertinggi ini adalah yang pertama bagi NTB, dan mampu mengalahkan beberapa wilayah yang mempunyai populasi sapi yang banyak.

“Kunci sukses dari program SiKomandan yang dijalankan di NTB ini adalah koordinasi yang terus dibangun antara provinsi dan kabupaten melalui rekan-rekan Inseminator yang menjadi garda terdepan di lapangan,” ujarnya.

M Nur menilai, dukungan dari petugas paramedik inseminator, paramedik kebuntingan dan para medik ATR di lapangan sangat signifikan, karena mereka menjadi garda terdepan suksesnya proses inseminasi buatan yang mempercepat tingkat kelahiran sapi di NTB.

Baca juga : Zero Waste Harus Diselesaikan di Tingkat Rumah Tangga

Di tempat yang sama, Ketua DPW Paravetindo (Paramedik Veteriner dan Inseminator Indonesia) NTB, Sukmariadi, mengatakan bahwa dirinya siap mendukung segala program baik yang dicanangkan Kementerian ataupun Provinsi.

Saat ini jumlah petugas Inseminator yang berkompeten dan sudah memiliki KTA di NTB mencapai 750 orang yang tersebar di seluruh NTB.

“Para inseminator paramedik ini lah yang mengeksekusi di lapangan, dan mereka sudah bekerja secara profesional,” katanya.

Ia berharap, masyarakat para peternak di NTB, agar tidak melakukan inseminasi buatan secara mandiri tanpa bantuan inseminator yang berkompeten.

Sementara itu salah satu Inseminator di Lombok Barat, Sahwan, yang tiap hari berinteraksi dengan peternak, menjelaskan, saat ini di Lombok, populasi ternak sapi per KK sudah mulai meningkat.

“Dulu cuma dua atau tiga ekor, sekarang ada yang 10 ekor per Kepala Keluarga,” katanya.

Ini menandakan masyarakat sudah mulai berternak dan berbisnis. Jika warga memiliki 10 ekor betina dan semuanya melahirkan maka keuntungan dalam satu tahun sangat banyak.

“Harga anak sapi lokal umur 1 tahun sekitar Rp 8 juta dan sapi Eksotis Rp 10 juta lebih, maka jika 10 ekor melahirkan maka kurang lebih Rp100 juta akan dihasilkan oleh peternak dalam 1 tahun,” tandasnya.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *