Sementara itu, Yuni Bourhany dari NTBCare mengaku prihatin karena lembaga sosial yang dulu aktif membantu pemulangan jenazah kini tak lagi punya kekuatan setelah tidak lagi berada dalam struktur pemerintahan.
BACA JUGA : Tender SPAM Lombok Barat Diduga “Dikunci” untuk Pemenang Tertentu, KUAT NTB Siap Laporkan ULP-Pokja ke Polda
“Dulu, di masa Gubernur Bang Zul, NTBCare bisa bantu penuh pemulangan jenazah warga miskin. Sekarang kami tak lagi punya kewenangan seperti dulu,” ungkapnya.
Yuni mendesak Pemprov NTB dan DPRD agar mengalokasikan pos anggaran sosial kemanusiaan dalam APBD 2026, terutama untuk membantu pemulangan jenazah warga miskin dari RSUP ke daerah asal.
“Rakyat tidak butuh gedung tinggi atau tunjangan besar. Rakyat butuh kepedulian nyata,” ujarnya tegas.
Kisah jenazah warga Bima yang tertahan di RSUP NTB ini menjadi tamparan bagi nurani kolektif kita. Bahwa di balik pembangunan infrastruktur megah, masih ada rakyat kecil yang berjuang sendiri bahkan setelah kematian.
Pembangunan sejati bukan hanya tentang jalan dan jembatan, tapi tentang seberapa manusiawi kita memperlakukan sesama.
Redaksi | SIAR POST
(Berita ini dapat dikutip dengan menyebut sumber SIAR POST secara lengkap.)














